Virus Corona Tak Gerus Impor Industri Manufaktur

fin.co.id - 27/02/2020, 05:53 WIB

Virus Corona Tak Gerus Impor Industri Manufaktur

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Meski virus corona telah 'mencabik-cabik' ekspor dan impor di sejumlah negara, namun pemerintah Indonesia memastikan berpengaruh untuk industri manufaktur.

Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartator mengatakan, ekspor Indonesia mengalami kenaikan.

Untuk sektor otomotif, kata dia, pasokan bahan baku tidak berdampak lantaran sumber bahan baku pelong dari Negara Jepang, bukan Cina.

Apalagi, menurut Airlangga perekonomian nasional sebanyak 65 persen tergantung dengan ekonomi domestik terutama dari belanja APBN dan APBD. Masih ada harapan penggerak ekonomi dari investasi.

"Impor bahan baku ada alternatif source. Indonesia tidak banyak terkait dengan Cina, karena otomotif basisnya Jepang," kata Airlangga di Jakarta, kemarin (26/2).

Terkait ekspor mengalami kenaikan, lanjut dia, di tengah virus corona Indonesia harus memanfaatkan momentum tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi.

"Malah kita sebagian industri kita permintaan melonjak. Kita lihat permintaan pajak Januari itu sektor industri naik 3 persen, membuktikan pesanan ekspor Indonesia karena virus corona," ucap dia.

BACA JUGA: Heboh, Jackie Chan Terinveksi Virus Corona?

Sementara itu, pelaku industri elektronika mulai khawatir pasokan komponen bahan baku dari negara Cina mulai terasa tersendat. Jika kondisi demikian berlangsung lama, maka bisa mengancam kegiatan produksi dan ekspor industri nasional.

Dalam persoalan ini, Ketua Umum Gabungan Elektronika (GABEL) Oki Widjaya mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat mengatasi persoalan kelangkaan pasokan bahan baku dan komponen ini.

"Sebagian bahan baku dan komponen produk elektronia didapat dari Cina. Adanya wabah virus corona ini sangat menganggu kegiatan produksi dan ekspor industri elektronika nasional," kata dia.

Untuk itu, pihaknya mendesak pemerintah harus melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait untuk melakukan penyelamatan terhadap industri primadona ekspor dari dampak penyebaran virus corona.

Pihak yang terkait yang dimaksud adalah Kementerian Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementeriann Perdagangan, Kementerian Tenaga Kerja, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

“Tanpa upaya komprehensif dikhawatirkan kegiatan produksi industri elektronika tersendat, bahkan terancam berhenti. Apabila kondisi ini tak juga teratasi akan berdampak signifikan terhadap neraca perdagangan, penerimaan negara, nasib tenaga kerja, dan investasi," tutur dia.

Dia berharap, dengan adanya perhatian dari pemerintah, bahan baku dan komponen elektronika ini tidak tersendat. "Kami harapkan pemerintah memberi perhatian terhadap pasokan komponen ini, agar tidak berdampak buruk pada kinerja produksi dan ekspor industri elektronika nasional,” ucap dia.

BACA JUGA: Wabah Corona di Italia Memburuk

Sekjen GABEL Daniel Suhardiman menambahkan, terjaminnya pasokan komponen untuk industri elektronika nasional, Indonesia memiliki peluang menjadi pemain yang kuat di pasar domestik. Hal ini sebagaimana klaim pemerintah, sektor elektronika sesuai peta jalan industri Indonesia 4.0 merupakan salah satu dari lima kelompok manufaktur yang akan menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri generasi keempat di Tanah Air.

Hanya saja, keinginan itu terkendala banyak faktor, salah satu utamanya sampai saat ini Industri domestik masih ketergantungan bahan bakur impor, terutama dari Cina.

Melihat kasus demikian, Daniel menilai, pemerintah perlu menyiapkan payung antisipasi terhadap kemungkinan pukulan keras terhadap sektor elektronika akibat virus corona. Kebijakan itu minimal mendorong dan membantu pelaku industri elektronika mendapatkan sumber pasokan alternatif dari negara lain selain Cina untuk sementara waktu.

Admin
Penulis