Hasil Survei Median Terkait Pilpres, Prabowo Masih Tertinggi

fin.co.id - 25/02/2020, 02:15 WIB

Hasil Survei Median Terkait Pilpres, Prabowo Masih Tertinggi

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Elektabilitas Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjadi yang tertinggi apabila pemilihan presiden (pilpres) digelar saat ini. Popularitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut diikuti oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Nama keduanya selama ini memang cukup santer digadang-gadang untuk Pilpres 2024 mendatang.

"Berdasarkan survei, jika pemilu presiden dilakukan sekarang ini, yang menang Pak Prabowo Subianto," tegas Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median, Rico Marbun saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Senin (24/2).

Pada survei tersebut, Median melontarkan pertanyaan kepada responden, tentang sosok yang akan dipilih bila pemilihan presiden dilakukan saat ini. Hasilnya, sebanyak 18,8 persen responden memilih sosok Prabowo. Selanjutnya Anies dengan perolehan angka 15,8 persen.

BACA JUGA: Calon Blusukan Paling Disukai Publik

Sebanyak 9,6 persen responden memilih Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno. Kemudian 8,3 persen memilih Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Lalu, 5,7 persen memilih Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memperoleh angka 5,5 persen. Diikuti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan 5,4 persen,

"Selanjutnya, Walikota Surabaya Tri Rismaharini 3,3 persen, Menko Polhukam Mahfud MD 3,3 persen, dan Mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dengan 1,6 persen. Total ada 23 tokoh nasional yang masuk dalam survei Median," imbuhnya.

Menurut Rico, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi responden memilih Prabowo. Antara lain karena sosok Prabowo dinilai tegas (34 persen), berwibawa (12,1 persen), berani (4,4 persen), dan mampu memimpin (4,4 persen). Sementara untuk Anies, faktor-faktor yang membuat mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dipilih karena dianggap religius dan dekat dengan ulama (15,1 persen), cerdas dan pintar (11,3 persen), serta memiliki tutur kata yang bagus (8,8 persen).

Tak hanya itu. Median juga menampilkan hasil survei apabila Prabowo Subianto tidak maju dalam pilpres. Hasilnya, Anies Baswedan menempati posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 18,3 persen. Diikuti oleh Sandiaga Uno dengan 17,7 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 9,7 persen. Selanjutnya, Ridwan Kamil 6,8 persen, dan Ganjar Pranowo 6,3 persen.

BACA JUGA: Pendaftar PPS di Stand Khusus KPU Membludak

Dari perolehan tersebut, lanjut Rico, suara Anies Baswedan tidak melonjak siginifikan. Berbeda dengan erolehan suara Sandiaga Uno yang naik hampir dua kali lipat. "Kalau Prabowo tidak maju, kesimpulan sementara, sebagian besar suara Prabowo tidak lari ke Anies Baswedan. Tetapi ke Sandiaga Uno," jelas Rico. Mantan Wagub DKI Jakarta itu dipilih karena dinilai cerdas dan pintar (14 persen), peduli dan dermawan (8,7 persen), serta seorang pengusaha (8,7 persen).

Dari hasil survei tersebut diketahui mayoritas pendukung Gerakan 212 memilih Anies Baswedan. "Publik yang suka Gerakan 212 sebagian besar memilih Anies Baswedan," jelasnya. Sebanyak 28,8 responden mendukung Gerakan 212. Sementara 20,7 tidak mendukung gerakan tersebut. Adapun 50,6 responden tidak memberi jawaban.

Dari jumlah responden yang mendukung Gerakan 212, sebanyak 27,4 persen memilih Anies Baswedan. Sementara 25,5 persen memilih Prabowo Subianto. Sebanyak 10 persen responden memilih Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno. Sisanya, memilih Agus Harimurti Yudhoyono (8,1 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (5 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (2,5 persen), mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (2,3 persen). Selanjutnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (1,9 persen), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (1,7 persen), dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (1,2 persen).

Survei Median dilakukan terhadap warga negara yang telah memiliki hak pilih dengan sampel 1.200 responden. Sementara margin of error sebesar +/- 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. "Adapun sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Survei dilakukan pada pekan pertama dan kedua Februari 2020," papar Rico.

Menanggapi hal itu, pengamat Gukum dan Pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan menyatakan meski Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menjadi kepala daerah kedua paling dikenal berdasarkan survei Indo Barometer (persentase 65,8 persen), bukan tidak mungkin tingkat popularitasnya meningkat sampai posisi teratas pada tabel elektabilitas calon presiden 2024. "Tingkat popularitas adalah modal penting bila bicara mengenai pemilihan langsung. Popularitas itu menjadi modal. Orang punya integritas, punya kompetensi kalau tidak populer yang kemungkinan kecil dipilih," terang Firman, Senin (24/2).

Menurutnya, salah satu hal yang harus diperhatikan terkait kandidat yang akan berlaga di pesta demokrasi adalah harus didukung popularitas yang positif. Artinya seseorang itu tidak memunculkan sentimen yang negatif dari isu isu kontroversial. "Hingga saat ini tidak ada sebetulnya hal-hal yang kontroversial dari Kang Emil. Saya melihat memang sejauh ini Emil lebih fokus menangani permasalahan Jawa Barat," tukasnya.

Hal ini berbeda dengan isu terkait Anies Baswedan. Meski dalam survei secara elektabilitas dan popularitas tertinggi, namun sering muncul isu-isu kontroversial. "Jadi berbeda dengan kasus Jakarta seperti kasus banjir misalnya. Meskipun di Jabar juag ada banjir, tetapi tidak se-masif di DKI Jakarta. Terlebih DKI Jakarta kan magnet politiknya sangat kuat. Sehingga isu nasional itu bersentuhan sekali," ucap Firman.

Sebelumnya, survei Indo Barometer tingkat elektabilitas Anies Baswedan 31,7 persen. Untuk tingkat pengenalan mencapai 91,7 persen. Meski cukup angkanya tinggi, bukan tak mungkin posisi Anies Baswedan akan tersalip oleh kepala daerah lainnya. Terlebih, bilamana yang muncul selalu isu kontroversial. "Bisa saja Anies Baswedan sekarang lebih populer dan elektabilitas-nya tinggi. Namun, kalau terlalu banyak isu kontroversial bukan tidak mungkin dari waktu ke waktu elektabilitas bisa turun," urainya.

Terlebih, Pilpres masih akan berlangsung pada 2024. Artinya terlalu jauh bilamana berpatokan pada hasil survei saat ini. "Waktunya masih panjang. Kita belum tahu. Nama yang beredar saat ini belum tentu maju di 2024. Politik Indonesia itu banyak kejutan. Seringkali yang muncul tiba tiba orang yang awalnya tidak dibicarakan," bebernya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan partai belum memikirkan langkah strategis pada Pemilu Presiden 2024. Alasannya, Gerindra masih fokus memperkuat basis internal partai. "Gerindra belum memikirkan Pilpres 2024. Intinya konsolidasi internal untuk memperkuat soliditas partai. Fokus saat ini memikirkan bekerja yang terbaik untuk rakyat Indonesia," tegas Dasco.

Admin
Penulis