JAKARTA - Hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi hingga akhir Februri 2020. Masyarakat pun diminta untuk wasapada terhadap dampaknya.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) A Fachri Rajab mengatakan hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Bahkan ada potensi hujan ekstrem seperti pada 1 Januari 2020. Namun, potensinya sangat kecil.
"Potensi curah hujan ekstrem masih ada, meski tak sampai setinggi curah hujan 1 Januari 2020. Namun, yang lebih dominan kategori lebat hingga sangat lebat," katanya, Senin (24/2).
BACA JUGA: Besok 1 Rajab 1441 H, Ini Niat Puasa di Bulan Rajab
Curah hujan lebat hingga sangat lebat terjadi karena massa udara yang masuk di wilayah Indonesia masih banyak mengandung uap air dan adanya daerah pertemuan angin.Ditambahkan prakirawan BMKG Ida Pramuwardani, ada tujuh daerah berstatus siaga dan berpotensi terkena dampak akibat hujan lebat. Umumnya daerah Jawa.
"Memang statusnya di wilayah Jawa, terkait kewaspadaan, hampir semua siaga, termasuk daerah DKI Jakarta, begitu juga dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur," katanya.
Berdasarkan data BMKG, daerah Bengkulu, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berada dalam status siaga.
"untuk daerah berstatus waspada adalah Jambi, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan," bebernya.
Sementara itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan solusi dalam menghadapi bencana bisa dengan cara hayati dan non hayati.
"Solusi itu dapat berlaku bagi bencana yang bersifat alam maupun nonalam," katanya.
Misalnya dia mencotohkan bencana tsunami dapat diredam melalui sejumlah tanaman atau vegetasi dengan syarat ketebalan mencapai sekitar 200 meter dari bibir pantai.
"Tentu dengan jenis vegetasi yang sudah dipilih dan dapat dijadikan sebagai benteng alam," sebutnya.
Vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai benteng alam di antaranya mangrove, cemara udang, ketapang, beringin dan pohon palaka.
BACA JUGA: SIMAK! Tidak ada Anjuran Khusus Puasa di Bulan Rajab
Keberadaan vegetasi tersebut telah terbukti saat tsunami Selat Sunda dimana rumah-rumah warga yang berada di sekitar tanaman tersebut aman dari terjangan ombak. Sementara, bangunan yang tidak dilindungi vegetasi pada umumnya menjadi korban.Dikatakan Doni, upaya penanganan bencana alam tidak bisa selalu mengandalkan konstruksi bangunan. Berkaca dari "seawall" atau tembok laut yang pernah dibangun Jepang hancur setelah diguncang gempa bumi.
"Masyarakat yang semula sudah merasa aman tinggal di tempat itu akhirnya menjadi korban. Jumlah korban pun melampaui prediksi yang ada," katanya.
Sedangkan Wakil Ketua Komisi V DPR Nurhayati mengatakan penanganan bencana harus melibatkan banyak pihak. Khusus bencana banjir harus terintegrasi secara hulu dan hilir.