2.162 Nelayan Terdampak Tumpahan Minyak

fin.co.id - 25/02/2020, 13:34 WIB

2.162 Nelayan Terdampak Tumpahan Minyak

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

SERANG – Sebanyak 2.162 warga yang terdiri dari nelayan, pelaku usaha pariwisata, petani rumput laut, dan pemilik tambak ikan yang terdampak tumpahan minyak Pertamina pada Juli 2019 lalu sampai saat ini belum menerima kompensasi dari pihak Pertamina. Namun pendataan warga yang terdampak tumpahan minyak sudah selesai dilakukan jauh-jauh hari.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan, pendataan warga yang terdampak tumpahan minyak Pertamina dilakukan dua tahap. “Kita sudah selesai melakukan pendataan. Pendataan pertama itu ada 902 orang yang terdampak mulai dari Kecamatan Tanara, Tirtayasa, Pontang, Kramatwatu, Bojonegara, dan Puloampel,” kata Suhardjo, Senin (24/2).

Lantaran pada bulan kedua tumpahan minyak masih menyebar, pihaknya kembali melakukan pendataan tahap dua. Hasil dari pendataan itu sebanyak 1.260 orang masih terdampak. “Jadi total yang terdampak 2.162 orang. Untuk yang hasil pendataan awal tadinya kompensasinya mau diberikan tapi warga pinginnya sekaligus, makanya sampai sekarang kompensasi belum keluar,” ujarnya.

Hardjo berharap, kompensasi bagi warga yang terdampak tumpahan minyak tersebut bisa dibayarkan paling lambat Maret bulan depan karena warga sudah banyak yang menanyakan.

“Besok (hari ini-red) saya diundang rapat oleh Pertamina untuk membahas teknis pemberian kompensasinya. Kompensasinya berbentuk uang, kalau di Karawang Rp900 ribu per orang per bulan. Kompensasi dibayarkan selama dua bulan,” tuturnya.

Sedangkan besaran kompensasi untuk Kabupaten Serang, Hardjo mengatakan, pihaknya belum mengetahui karena tergantung hasil kajian dari pihak Pertamina.

“Untuk besarannya bisa saja sama dengan Karawang Rp900 ribu, bisa juga di bawah itu. Kompensasi dibayarkan selama mereka tidak bisa usaha. Jadi selama dua bulan warga tidak bisa budidaya rumput laut, nelayan enggak dapat ikan,” ungkapnya.

Kemudian untuk teknis pemberian kompensasi sendiri, Hardjo mengungkapkan, jika mengacu pada teknis pemberian kompensasi di Karawang, pemberian kompensasi diberikan langsung kepada penerima tanpa melalui dinas. “Jadi kalau di Karawang itu ada mobil bank pemerintah yang keliling untuk membuatkan rekeningnya, setelah jadi baru uangnya langsung ditransfer,” paparnya.

Ia memastikan, saat ini dampak dari tumpahan minyak Pertamina tersebut sudah tidak ada namun petani rumput laut tidak bisa menanam karena kekurangan bibit. “Jadi waktu itu yang buat bibit pada mati karena terkena minyak, makanya sekarang kita lagi mencari ke Lampung. Ada sebagian warga yang mulai tanam tapi sekarang ombaknya lagi kurang bagus,” katanya. (tanjung/fikri)

Admin
Penulis