News . 20/02/2020, 09:09 WIB
”Masker itu lebih banyak menyebarkan ketakutan daripada mencegah virus.”
Anda boleh menilai yang mengucapkan kalimat itu orang gila. Terutama di musim virus seperti ini. Tapi, pemilik kalimat itu seorang perdana menteri. Ia adalah Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja.
Hun Sen begitu marah melihat begitu banyak negara menolak disandari kapal pesiar mewah Westerdam.
Kapal pesiar milik Belanda itu telah berhari-hari menjadi gelandangan di laut. Dengan 2.764 orang di dalamnya.
Kapal itu bertolak dari pelabuhan Hongkong tanggal 1 Februari lalu. Tujuan awalnya Taiwan. Tapi Taiwan menolak kedatangan Westerdam. Alasannya: jangan-jangan Westerdam seperti Diamond Princess --membawa penumpang yang terjangkit virus Corona asal Wuhan, Tiongkok.
Kapal mewah itu pun ngacir ke utara. Mengarah ke Okinawa, pulau di bagian paling Selatan Jepang.
Okinawa juga menolak.
Westerdam pun balik ke arah Selatan. Menuju Manila.
Filipina juga menolak.
Kapal pesiar yang tingginya 11 lantai itu belok ke arah Barat. Mengarah ke Bangkok.
Muncullah kegembiraan di kalangan penumpangnya. Thailand mengizinkan kapal buatan tahun 2003 itu merapat di pelabuhan cruise dekat Bangkok.
Tanggal 10 Februari kapal berpenumpang 2.764 orang itu --1.964 turis dan 800 crew-- mendekati pelabuhan Bangkok.
Malam itu penumpang sangat bergembira. Status gelandangan mereka akan berakhir malam itu.
Keesokan harinya, ketika bangun tidur, mereka kecewa berjamaah: pemerintah Thailand membatalkan izin merapat.
Sudah 10 hari mereka terkatung-katung di kemewahan kapal itu di atas laut.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com