MANCHESTER - Bak luka disiram air garam, berita larangan bermain di Liga Champions jelas membuat para fans terluka. Tensi antar para penggemar mulai meninggi. Sama halnya dengan para pengunjung Mary D's Bar, sebuah kafe yang berada di seberang tribun selatan Etihad Stadiun, kandang Manchester City.
Beberapa menit setelah membuka kedai minumnya, sang pemilik, Mick Kehoe langsung memasang muka suram. Ini semua gara-gara berita di halaman depan Koran Harian The Evening. Headline koran terbesar di Manchester itu menuliskan bahwa City mendapat larangan tampil di Liga Champions untuk dua musim ke depan akibat manipulasi data keuangan. Tidak hanya Kahoe, apa yang disampaikan pasal pelanggaran oleh UEFA bagi mereka sebagai bentuk konspirasi.
“Banyak fans City merasa bahwa klub mereka menjadi kambing hitam kepentingan tim lain. Kami merasa ada sedikit kecemburuan, dugaan persekongkolan, karena UEFA punya cara untuk menjegal kami, ”ujar pria 62 tahun yang kedai minumnya paling dekat dengan Stadion Etihad kepada The Guardian, Minggu (16/2).
Bagi Kahoe, para tim Premier League merasa cemburu atas keberhasilan Man City membangun klubnya. Selain memiliki pemain bintang, hampir setiap pertandingan, para penonton di Etihad membeludak.
Ia mengakui, sejak Etihad Stadium selesai dibangun, kedai minumnya dipenuhi oleh 1.200 fans. Mereka yang datang karena ketiadaan kursi di stadion. "Banyak dari mereka (fans City) mendambakan klubnya bisa mengangkat trofi Liga Champions dalam waktu tiga bulan ke depan," kata Kahoe.
Ya, memang keputusan UEFA belum bulat. Manchester City masih bisa mengajukan banding di ke Pengadilan Arbitrase Olahraga Internasional (CAS). Namun, yang lebih beratnya, City dikabarkan terancam kehilangan gelar Liga Inggris musim 2013/2014. Itu pun akibat regulasi Financial Fair Play (FFP) oleh Konfederasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Pihak Premier League dalam waktu dekat akan melakukan investigasi. Sebelumnya, The Citizens dihukum UEFA larangan tampil di Liga Champions selama dua musim dan denda 30 juta poundsterling.
Itu semua berawal dari laporan Football Leaks Rui Pinto dan jaringannya yang membocorkan adanya praktek gelap di tubuh para klub besar Eropa. Bocoran dari Football Leaks yang diperkuat penyelidikan Badan Kontrol Keuangan Klub-klub UEFA (CFCB) menyebutkan, City telah menggelembungkan pemasukan sponsor di dalam neraca keuangan mereka dan informasi titik impas yang diserahkan ke UEFA antara 2012 dan 2016. Bagi CFCB, ini adalah pelanggaran berat.
Dilansir dari Daily Mail, gelar musim 2013/2014 yang direbut Man City memiliki peluang paling besar untuk dicabut jika dinyatakan bersalah. Alhasil, hukuman dari FFP adalah sanksi pengurangan poin. Pada musim 2013/2014 Man City menjadi juara Liga Inggris dengan keunggulan dua poin atas Liverpool. Jika itu benar, gelar akan diberikan kepada Liverpool.
Dalam pernyataan resminya, Man City akan berjuang di ranah pengadilan. Ia menyebut kasus ini adalah rekayasa UEFA untuk menjegal para klub kaya. "Sederhananya, ini adalah kasus yang dibuat oleh UEFA, dituntut mereka dan mereka pula yang mengadilimya. Kami masih punya kesempatan untuk mengejar mencari keadilan yang tentunya tidak memihak. Lewar Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga disanalah kami bisa mendapatkan apa yang kami inginkan," demikian bunyi pernyataan resmi City. (fin/tgr)