Kredibilitas BPIP Dipertanyakan

fin.co.id - 13/02/2020, 04:32 WIB

Kredibilitas BPIP Dipertanyakan

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama dipertanyakan. DPR RI menentang keras pernyataan tersebut. Bahkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin minta klarifikasi langsung terkait ucapan tersebut.

“Saya harapkan beliau bisa mengklarifikasi supaya tidak terjadi salah paham. Ini jadi kontroversi sehingga menimbulkan kegaduhan. Saya minta beliau mengklarifikasi ucapannya itu,” tegas Ma’ruf di Jakarta, Rabu (12/2). Dia berharap dengan klarifikasi itu, tidak ada konflik di kalangan masyarakat karena pernyataan Yudian menyinggung kelompok agama tertentu.

Terpisah, Anggota Komisi I DPR RI Muzzammil Yusuf mengecam keras. Menurut Muzzammil, pernyataan Kepala BPIP ini justru menginjak-menginjak nilai Pancasila dan dapat memecah belah persatuan bangsa. “Pernyataan Kepala BPIP yang mengatakan musuh Pancasila adalah agama sangat naif, provokatif dan menyesatkan,” ujar Muzzammil di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2).

Dia menilai ada tiga aspek kesalahan fatal dari pernyataan Kepala BPIP. Pertama, secara filosofi kenegaraan, Pancasila itu sendiri mengandung sila pertama yang sangat menghormati eksistensi agama. Dikuatkan dengan UUD NRI Tahun 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2 pasal yang mengatakan Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. "Kedua, secara historis bangsa ini didirikan oleh perjuangan darah, nyawa dan airmata para ulama dan tokoh agama untuk memerdekakan dan menjaga kemerdekaan bangsa,” bebernya.

Ketiga, lanjut Muzzammil, secara yuridis, pernyataan Kepala BPIP ini memenuhi delik penodaan agama/penistaan agama yang diatur dalam ketentuan Pasal 156 huruf a KUHP ini sesungguhnya bersumber dari Pasal 4 UU No. 1/PNPS/1965. "Pernyataan Kepala BPIP ini tidak saja menghina satu agama. Tetapi dia telah menghina eksistensi semua agama yang sah di Indonesia,” paparnya.

Bahkan, dia mempertanyakan apakah orang seperti ini patut dipercaya sebagai Kepala BPIP. "Apakah ucapan ini merupakan bagian tugas dari BPIP? Pernyataan Kepala BPIP ini justru menginjak-injak nilai Pancasila,” tambahnya.

Menurut Muzzammil, jika yang bersangkutan, dianggap Presiden telah menyalahi dan menodai tugas mulia BPIP, maka harus segera diberhentikan. “Jika menurut Presiden Jokowi tidak bertentangan, maka Presiden Jokowi harus turut mempertanggungjawabkan pernyataan Kepala BPIP yang baru dilantik 5 Februari lalu,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan Anggota DPR Fraksi PPP Arsul Sani. Ia mengkritik pernyataan Yudian. Ia meminta Yudian tak membuat pernyataan kontroversial dan memintanya mencontoh Presiden Soekarno. "Kepala BPIP harus mencontoh Bung Karno. Meskipun Bung Karno disimbolkan sebagai tokoh nasionalis, namun pernyataan-pernyataannya tentang Pancasila, Islam, dan negara tidak kontroversial. Sehingga relatif bisa diterima kalangan Islam," kata Arsul.

Menurutnya, yang dibutuhkan dari pimpinan BPIP adalah konsep dan aplikasi membumikan Pancasila. Bukan pernyataan yang memberi ruang untuk menghadapkan agama dengan Pancasila. Arsul mengingatkan agar pejabat di pemerintahan menghilangkan cap antiIslam.

Sekjen PPP itu menyarankan agar BPIP bekerja sama dengan MPR untuk membumikan Pancasila. Salah satunya, bagaimana membuat konsep yang menarik untuk sosialisasi 4 Pilar MPR kepada kalangan milenial. Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut menyebut Yudian perlu diluruskan. Sebab, terkesan membenturkan agama dengan Pancasila.

"Pernyataan Kepala BPIP Yudian Wahyudi tersebut, seperti yang dimuat salah satu media siber, terkesan membenturkan agama dengan Pancasila. Kalau agama jadi musuh terbesar Pancasila, sama saja kelompok-kelompok radikal yang anti-Pancasila mendapat justifikasi,” kata Yaqut di Jakarta, Rabu (12/2).

Menurut dia, menjaga Pancasila sebenarnya jadi sebuah bentuk menegakkan agama yang penuh kasih sayang. sekaligus adil bagi semua. Kemudian, menjadi muslim yang baik, rahmat bagi semesta itu juga bagian dari meninggikan derajat Pancasila. Yaqut mengatakan, Pancasila yang selama ini diterima sebagai jalan kemaslahatan hidup berbangsa mampu menengahi berbagai macam perbedaan. jika kemudian agama dan Pancasila dibenturkan, maka Pancasila akhirnya dijadikan musuh bersama.

Sebelumnya diketahui Yudian Wahyudi mengatakan, “Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu agama, bukan kesukuan," kata Yudian. (khf/fin/rh)

Admin
Penulis