News . 06/02/2020, 05:33 WIB
JAKARTA - Pemerintah diminta waspadai daya beli rendah lantaran pada triwulan IV/2019 konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV/2019 hanya tumbuh 4,97 persen. Padahal biasanya pertumbuhan konsumsi rumah tangga setiap triwulannya tumbuh di atas 5 persen.
Apalagi ada momen Natal dan Tahun Baru di akhir tahun, seharusnya bisa mendorong konsumsi masyarakat. Namun nyatanya justru malah menurun.
Bila dibandingkan pada tahun 2019 di kuartal yang sama konsumsi rumah tangga di atas 5 persen, yakni 5,06 persen. Angka ini melambat dibandingkan dengan triwulan IV/2018.
"Perlambatan ini terjadi pada konsumsi makanan dan minuman selain restoran, pakaian, alas kaki, transportasi, dan komunikasi," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta, kemarin (5/2).
Karenanya, penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu diwaspadai. Hal ini akan akan menimbulkan perlambatan daya beli.
"Ada penurunan daya beli perlu kita waspadai, tapi tetap dengan memperhatikan komponen yang naik dan turun. Memang konsumsi rumah tangga tahun ini tidak sekuat tahun sebelumnya," ujar dia.
Lebih jauh dia menjelaskan, penurunan konsumsi rumah tangga disebabkan dari turunnya penjualan pakaian. Rinciannya, pertumbuhan konsumsi untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan melambat menjadi 4,27 persen.
Perlambatan konsumis juga disebabkan pada komponen makanan dan minuman (mamin), dari 5,22 persen menjadi 5,16 persen. Komponen transportasi dan komunikasi juga ikut menyumbang penurunan daya beli masyarakat menjadi 4,78 persen.
Perubahan gaya konsumsi masyarakat untuk komponen pakaian juga mengalami penurunan. Menurut dia, kini masyarakat tak terlalu sering gonta-ganti pakaian.
"Konsumsi untuk pakaian, mengenai preferensi konsumsi, kalau dulu pakaian ganti-ganti, tapi sekarang tampaknya tidak begitu. Saya pikir ini dipengaruhi perubahan pola konsumsi, jadi pakaian masih utama tapi nggak gonta ganti kaya dulu," tutur dia.
Dia melihat, secara kumulatif konsumsi rumah tangga sepanjang 2019 masih tumbuh 5,04 persen. Namun pertumbuhan itu juga melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama setahun penuh di 2018 sebesar 5,06 persen.
Terpisah, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menilai penyebab penurunan daya beli disebabkan karena harga tiket moda transportasi udara yang mahal.
"Ini disebabkan harga tiket pesawat yang mahal terjadi hampir sepanjang tahun 2019. Akibatnya konsumsi rumah tangga melambat pertumbuhannya," ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (5/2),
Saran dia, agar konsumsi rumah tangga tetap tinggi pemerintah harus menstabilkan harga pada semua komponen. "Ya, harus menjaga tingkat inflasi yang saat ini rendah dengan stabilitas harga yang diatur oleh pemerintah," pungkasnya.(din/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com