Tiga Mahasiswa di Wuhan Terpantau Sehat

fin.co.id - 06/02/2020, 10:17 WIB

Tiga Mahasiswa di Wuhan Terpantau Sehat

JAKARTA - Tiga mahasiswa Indonesia yang masih berada di Provinsi Hubei, karena dinyatakan tidak layak terbang saat akan dipulangkan ke Tanah Air akhir pekan lalu terus mendapat sorotan dunia. Meski demikian Pemerintah terus memberikan perhatian khusus kondisi mereka di sana.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, KBRI Beijing terus memberikan pelayanan termasuk konseling untuk menjaga kondisi psikologis ketiga WNI itu. ”Ketiga mahasiswa Indonesia itu gagal dievakuasi ke Tanah Air karena kondisi kesehatannya yang tidak memenuhi syarat terbang, bukan karena terinfeksi virus corona, ingat lho itu,” papar Judha, Rabu (5/2).

Ketiganya, sambung Judha berada di di asrama mahasiswa di Kota Wuhan dan dua WNI lainnya tinggal di asrama mahasiswa di Kota Xianning. ”Terpantau sehat, dan KBRI Beijing selalu menjalin komunikasi dengan ketiga WNI tersebut untuk memonitor kondisi mereka dan memberikan bantuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan logistik,” jelasnya.

Karena kondisi tersebut, pesawat evakuasi yang semula dijadwalkan akan membawa pulang 245 WNI dari Kota Wuhan hanya mengangkut 237 WNI dan satu warga negara asing yang beristrikan seorang WNI. ”Total 237 WNI itu sudah melalui multiple health screening di Wuhan, terbukti bahwa tiga WNI yang tidak lolos kemarin karena screening yang ketat. Jadi yang pulang ini pasti sehat,” kata Judha. Sementara lainnya memilih tetap tinggal di Hubei atas kesadaran dan pertimbangan sendiri.

Sementara itu kabar baik dari Inggris datang. Seorang ilmuwan setempat menciptakan terobosan signifikan dalam bersaing menemukan vaksin virus corona, dengan mengurangi waktu pengembangan normal dari dua hingga tiga tahun menjadi hanya dalam 14 hari. Ini dilaporkan oleh stasiun TV Sky.

Profesor Robin Shattock, kepala Infeksi Mukosa dan Kekebalan di Imperial College London, menyebutkan kini dirinya dalam tahap awal menguji vaksin pada binatang secepatnya pekan depan, dengan studi manusia pada musim panas apabila mengantongi dana yang mencukupi, kata Sky. "Prosedur konvensional biasanya memakan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun sebelum anda bahkan sampai ke klinik," katanya kepada Sky.

"Dan kami keluar dari urutan itu untuk menghasilkan satu kandidat di laboratorium dalam 14 hari," imbuhnya. Vaksin tersebut akan terlalu terlambat untuk wabah yang cepat menyebar saat ini, namun akan menjadi penting jika ada vaksin untuk melawan virus tersebut, katanya. (fin/ful)

Admin
Penulis