JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus pemeriksaan terhadap pasien yang diduga terkena virus corona. Dari memeriksa 34 spesimen berupa sputum (dahak) dan swab terkait penyakit pernapasan akut 2019-nCoV, seluruhnya dinyatakan negatif novel coronavirus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Anung Sugihantono mengatakan 34 spesimen itu berasal dari 22 rumah sakit. Yakni terdiri dari 7 WNA dan 27 WNI. "Alhamdulillah negatif. Sudah dilakukan check and recheck berkaitan pemeriksaan laboratorium," kata Agung di Jakarta, Senin (3/2).
Menurutnya, informasi virus corona tidak tahan dengan iklim tropis seperti di belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Tetapi, berdasarkan publikasi ilmiah, virus corona tidak akan bertahan pada suhu di atas 60 derajat celcius dan di bawah 0 derajat celcius.
Pemerintah, lanjutnya, saat ini lebih waspada terhadap potensi penyebaran virus corona di Indonesia. Sebab, virus tersebut sudah tersebar di 23 negara di luar Cina. Anung menyatakan Kemenkes memiliki 100 rumah sakit rujukan untuk kasus virus corona di seluruh Indonesia. Dari 100 RS tersebut, sebanyak 26 rumah sakit telah memiliki sumber daya manusia yang lengkap. "Sudah dilakukan simulasi penanganan penyakit emerging. Total 52 ruang isolasi dengan 113 tempat tidur yang dikhususkan untuk penyakit emerging," paparnya.
Ketersediaan 100 rumah sakit rujukan tersebut disiapkan mengantisipasi skenario apabila WNI yang sedang diobeservasi di Natuna pada masa 14 hari karantina menimbulkan gejala penyakit pernapasan akut 2019-nCoV. Pemerintah memberikan perhatian khusus pada 238 WNI yang pulang dari Provinsi Hubei Cina. Sebab, mereka sempat melakukan kontak dengan tiga WNI yang gagal pulang karena tidak lolos screening kesehatan saat di Wuhan. Cina.
Tak hanya itu. Pemerintah juga buat pembatas tiga lapis yang tidak bisa diakses masyarakat umum terkait observasi para WNI. Pemerintah membagi wilayah karantina dalam tiga lapis. Pertama di para WNI tidak ada yang kontak dengan orang lain. Kecuali tenaga kesehatan. Lapis kedua digunakan untuk dukungan pelayanan kesehatan, makanan, dan sebagainya. Sementara di lapis ketiga digunakan untuk tempat pemantauan. "Kami semua ada di situ untuk memastikan apa yang dikhawatirkan oleh masyarakat tidak terjadi," ucap Anung.
Dia menegaskan penempatan karantina di hanggar pangkalan udara bukan hanya mempertimbangkan lokasi yang paling jauh. Namun psikologi para WNI yang diobservasi kesehatannya agar tidak stres.
Sejauh ini mekanisme penularan masih belum jelas. Meski beberapa menyebutkan kemungkinan melalui kontak dekat, melalui udara, dan juga melalui droplet atau dahak dan bersin orang yang terinfeksi. "Jarak yang saat ini ada diyakini cukup jauh dari pemukiman. Virus ini juga tidak terlalu kuat di udara," bebernya.
Terpisah, Ketua DPR RI Puan Maharani meyakini pemerintah telah memikirkan observasi 245 WNI yang datang dari Wuhan, Cina, untuk ditempatkan di Natuna. Menurutnya, penanganan kesehatan harus dilakukan sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yaitu diobservasi dan diisolasi di suatu tempat.
Dia berharap situasi, kondisi, keamanan, dan kenyamanan masyarakat di Natuna harus tetap terjaga. "Karena itu tentu saja kepulangan mereka atas dasar kemanusiaan dan tujuan mulia. Agar mereka tidak terdampak virus corona di sana," kata Puan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/2).
Puan menyebut wajar ketika pemerintah daerah Natuna melakukan langkah-langkah antisipatif. Misalnya meliburkan siswa sekolah sampai 17 Februari 2020. "Insya Allah setelah pemerintah melakukan langkah, tentu sudah siap siaga satu. Ssehingga tidak akan membuat warga di Natuna menjadi gaduh," pungkasnya.(rh/fin)