News . 17/01/2020, 02:55 WIB
JAKARTA - Anak yang kecanduan game online di Jember disekap oleh ayahnya di kandang ayam dengan kondisi tanpa busana dan ujung jempolnya diikat. Bahkan sebelum disekap, si anak sempat mengalami kekerasan. Pelaku penyekapan itu yakni Edi Wasito (41), warga Kecamatan Sukorambi, Jember. Sedangkan yang menjadi korban anak laki-lakinya M (12), yang masih kelas 6 SD.
Margaret juga menyampaikan bahwa game online tidak hanya memiliki dampak positif bagi anak, tetapi memiliki konten negatif juga terhadap tumbuh kembang anak. Dalam kaitannya penggunaan gadget oleh anak sangat penting dilakukan pengawasan oleh orang tua. ”Game online tidak selalu memiliki konten yang berdampak positif terhadap tumbungkembang anak, sebaliknya banyak game online memiliki dampak negatif pada tumbuhkembang anak karena memiliki muatan pornografi, bermuatan kekerasan, bermuatan perjudian, dan bermuatan perilaku sosial menyimpang," tutur Margaret.
Menurut informasi, bahwa Edi Wasito sebelum menyekap anaknya di kandang ayam, ia melakukan kekerasan pada anak, agar jera dan tidak bermain game online lagi. Tentu dalam kondisi apa pun, kekerasan tidak dibenarkan dalam pengasuhan anak, kekerasan tidak akan membuat masalah menjadi selesai, bahkan akan menambah masalah baru dan akan membuat tumbuh kembang anak terganggu. ”Tidak benar, jika kekerasan dijadikan pola dalam pengasuhan anak, termasuk terhadap anak yang kecanduan game online,” ungkap Margaret.
Ia mengajak kepada seluruh orang tua agar utamakan komunikasi dan diskusi jika anaknya mengalami dugaan kecanduan gadget/game online. ”Jika ada anak yang diduga mengalami kecanduan gadget atau game online, kami mengajak orang tua untuk tidak menegur dengan kekerasan, namun harus mengutamakan komunikasi, diskusi, sharing informasi, arahkan anak kepada hal positif serta bangun komitmen yang baik dengan anak dalam pengaturan penggunaan gadget maupun game online," kata Margaret.
KPAI mengajak orang tua menjadi teman yang baik bagi anak dalam penggunaan gadget serta dalam bermain game online yang positif. Sehingga kejadian-kejadian seperti dijember tidak terjadi lagi.
Ketua KPAI Susanto menambahkan anak bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa sekaligus merupakan modal sumber daya manusia bagi pembangunan nasional sehingga wajib dilindungi dari berbagai dampak negatif atau kekerasan.
”KPAI memandang bahwa anak memiliki hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri, sesuai dengan amanat pasal 11 UU Perlindungan anak,” kata Susanto.
Ia prihatin dengan adanya kejadian kecanduan game online di Jember yang kemudian mengalami kekerasan oleh orang tuanya sendiri. Bocah M yang sebaiknya direhabilitasi, karena selain mengalami adiksi gadget ia juga mengalami kekerasan. "Anak perlu segera ditangani dengan cara rehabilitasi, karena sudah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya," kata Susanto.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa tidak membenarkan jika pengasuhan terhadap anak dengan menggunakan kekerasan, dalam keadaan apapun. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan sebaliknya, kekerasan akan menimbulkan masalah baru dan mengganggu tumbuh kembang anak.
”Kami mengajak kepada orangtua untuk kuatkan pengawasan, pendampingan dan mengutamakan komunikasi, diskusi, sharing informasi, arahkan anak kepada hal positif serta bangun komitmen yang baik dengan anak dalam pengaturan penggunaan gadget maupun game online untuk cegah anak kecanduan gadget atau game online," jelas Susanto.
Di era modern sekarang ini anak-anak sudah terbiasa main gadget. Kebanyakan orangtua memberikan gadged agar si kecil bisa bermain dengan nyaman. Tanpa orangtua sadari gadged dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku si kecil. Psikolog keluarga Astrid Wen, MPsi, pendiri PION Clinition dan inisiator Theaplay Indonesia menjelaskan bahwa tidak bisa dipungkiri anak sekarang lahir di era digital sehingga bukan hal yang mengherankan jika mereka sudah kenal gadged sejak bayi.
Penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa psikologi Universitas Indonesia, yang melihat preferensi orangtua memilih alat permainan tahun 2012 di area Jakarta, ternyata sebagian orangtua memberikan gadget pada anak karena menginginkan anaknya pintar. ”Gadget dijadikan pilihan pertama, disusul lego, balok-balok kontruktif, puzzle dll. Mainan seperti boneka handuk yang lembut yang membantu mengatasi kecemasan anak, justru tidak favorit dan menjadi pilihan terakhir orangtua," ujar Astrid.
Fenomena ini juga terjadi secara global. Meskipun internet addiction belum dikenal di Indonesia, namun di negara maju masalah ini sudah dianggap sebagai ancaman serius bagi masa depan anak-anak. Untuk itu, orangtua perlu mengetahui dampak buruk main gadged bagi Anak. (dim/fin/ful)
Sumber: KPAI
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com