Kecanduan Game Online, Bocah ini Disekap & Diborgol di Kandang Ayam

fin.co.id - 17/01/2020, 02:55 WIB

Kecanduan Game Online, Bocah ini Disekap & Diborgol di Kandang Ayam

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Anak yang kecanduan game online di Jember disekap oleh ayahnya di kandang ayam dengan kondisi tanpa busana dan ujung jempolnya diikat. Bahkan sebelum disekap, si anak sempat mengalami kekerasan. Pelaku penyekapan itu yakni Edi Wasito (41), warga Kecamatan Sukorambi, Jember. Sedangkan yang menjadi korban anak laki-lakinya M (12), yang masih kelas 6 SD.

KPAI Cuma Bisa Prihatin

Peristiwa ini langsung viral, dan tegas Komisioner Bidang Pornografi dan Cyber Crime Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliyatul Maimunah menyesalkan kejadian tersebut. Margaret mengaku prihatin atas kejadian tersebut, karena pada saat ini banyak kasus anak kecanduan game online, seiring dengan mudahnya akses anak terhadap gadget dan internet. Hal ini tentu saja menjadi perhatian penting bagi banyak pihak, khususnya orang tua.”Bagaimanapun kendali orang tua sangat penting dalam pengawasan dan kontrol terhadap anak yang kecanduan gadget/game online,” kata Margaret di Jakarta, Kamis (16/1).

Margaret juga menyampaikan bahwa game online tidak hanya memiliki dampak positif bagi anak, tetapi memiliki konten negatif juga terhadap tumbuh kembang anak. Dalam kaitannya penggunaan gadget oleh anak sangat penting dilakukan pengawasan oleh orang tua. ”Game online tidak selalu memiliki konten yang berdampak positif terhadap tumbungkembang anak, sebaliknya banyak game online memiliki dampak negatif pada tumbuhkembang anak karena memiliki muatan pornografi, bermuatan kekerasan, bermuatan perjudian, dan bermuatan perilaku sosial menyimpang," tutur Margaret.

Menurut informasi, bahwa Edi Wasito sebelum menyekap anaknya di kandang ayam, ia melakukan kekerasan pada anak, agar jera dan tidak bermain game online lagi. Tentu dalam kondisi apa pun, kekerasan tidak dibenarkan dalam pengasuhan anak, kekerasan tidak akan membuat masalah menjadi selesai, bahkan akan menambah masalah baru dan akan membuat tumbuh kembang anak terganggu. ”Tidak benar, jika kekerasan dijadikan pola dalam pengasuhan anak, termasuk terhadap anak yang kecanduan game online,” ungkap Margaret.

Ia mengajak kepada seluruh orang tua agar utamakan komunikasi dan diskusi jika anaknya mengalami dugaan kecanduan gadget/game online. ”Jika ada anak yang diduga mengalami kecanduan gadget atau game online, kami mengajak orang tua untuk tidak menegur dengan kekerasan, namun harus mengutamakan komunikasi, diskusi, sharing informasi, arahkan anak kepada hal positif serta bangun komitmen yang baik dengan anak dalam pengaturan penggunaan gadget maupun game online," kata Margaret.

KPAI mengajak orang tua menjadi teman yang baik bagi anak dalam penggunaan gadget serta dalam bermain game online yang positif. Sehingga kejadian-kejadian seperti dijember tidak terjadi lagi.

Ketua KPAI Susanto menambahkan anak bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa sekaligus merupakan modal sumber daya manusia bagi pembangunan nasional sehingga wajib dilindungi dari berbagai dampak negatif atau kekerasan.

”KPAI memandang bahwa anak memiliki hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri, sesuai dengan amanat pasal 11 UU Perlindungan anak,” kata Susanto.

Ia prihatin dengan adanya kejadian kecanduan game online di Jember yang kemudian mengalami kekerasan oleh orang tuanya sendiri. Bocah M yang sebaiknya direhabilitasi, karena selain mengalami adiksi gadget ia juga mengalami kekerasan. "Anak perlu segera ditangani dengan cara rehabilitasi, karena sudah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya," kata Susanto.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa tidak membenarkan jika pengasuhan terhadap anak dengan menggunakan kekerasan, dalam keadaan apapun. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan sebaliknya, kekerasan akan menimbulkan masalah baru dan mengganggu tumbuh kembang anak.

”Kami mengajak kepada orangtua untuk kuatkan pengawasan, pendampingan dan mengutamakan komunikasi, diskusi, sharing informasi, arahkan anak kepada hal positif serta bangun komitmen yang baik dengan anak dalam pengaturan penggunaan gadget maupun game online untuk cegah anak kecanduan gadget atau game online," jelas Susanto.

Di era modern sekarang ini anak-anak sudah terbiasa main gadget. Kebanyakan orangtua memberikan gadged agar si kecil bisa bermain dengan nyaman. Tanpa orangtua sadari gadged dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku si kecil. Psikolog keluarga Astrid Wen, MPsi, pendiri PION Clinition dan inisiator Theaplay Indonesia menjelaskan bahwa tidak bisa dipungkiri anak sekarang lahir di era digital sehingga bukan hal yang mengherankan jika mereka sudah kenal gadged sejak bayi.

Penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa psikologi Universitas Indonesia, yang melihat preferensi orangtua memilih alat permainan tahun 2012 di area Jakarta, ternyata sebagian orangtua memberikan gadget pada anak karena menginginkan anaknya pintar. ”Gadget dijadikan pilihan pertama, disusul lego, balok-balok kontruktif, puzzle dll. Mainan seperti boneka handuk yang lembut yang membantu mengatasi kecemasan anak, justru tidak favorit dan menjadi pilihan terakhir orangtua," ujar Astrid.

Fenomena ini juga terjadi secara global. Meskipun internet addiction belum dikenal di Indonesia, namun di negara maju masalah ini sudah dianggap sebagai ancaman serius bagi masa depan anak-anak. Untuk itu, orangtua perlu mengetahui dampak buruk main gadged bagi Anak. (dim/fin/ful)

1. Penurunan Perkembangan Otak

Pada lima tahun pertama hidupnya, otak anak berkembang sangat pesat. Studi menunjukkan bahwa terlalu banyak gadget akan memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan anak menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar.

2. Radiasi

Penelitian yang dilakukan Universitas Leeds di Nottingham dan Universitas Manchester and Institute of Cancer Research di London, Inggris, menyatakan bahwa syaraf anak masih berkembang dan tengkorak tipis membuat anak rentan terserang radiasi dari ponsel. Penggunaan telepon genggam di dekat kepala anak dikhawatirkan akan menghancurkan sel otak balita.

3. Mengurangi kemampuan interaksi sosial

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di The New York Times, penulis buku iBrain: Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind dan Direktur Longevity Center di Universitas California, Dr Gary Small mengatakan anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan teknologi, akan mengurangi interaksi dan mengganggu keterampilan komunikasi.

4. Tempramental

Coba sesekali perhatikan perilaku anak yang berinteraksi dengan gadget berjam-jam lamanya. Apakah anak menjadi agresif? Tantrum adalah bentuk paling umum dari agresivitas di kalangan balita. Sikap agresif dan tantrum merupakan akibat dari paparan gadget. Saat mereka tumbuh dewasa, anak-anak yang kecanduan game lebih mungkin untuk tidak mematuhi orang tuanya.

5. Obesitas

Anak-anak yang mengandalkan waktu bermain mereka di depan layar gadget daripada di taman bermain, tidak dapat membakar kalori di tubuhnya. Satu dari tiga anak Amerika mengalami obesitas yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti diabetes, serangan jantung, dan stroke.

6. Merusak penglihatan

Kontak yang terlalu lama di layar komputer dan smartphone dapat merusak mata. Para ahli mengatakan, penglihatan yang baik diperoleh jika menatap benda dari jarak yang bervariasi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang kecanduan bermain game komputer lebih mungkin mengalami gangguan pada mata mereka.

7. Kurang minat bermain di alam terbuka

Gadget 'membunuh' perkembangan anak. Beberapa orang tua tidak menyadari bahwa anak mereka terasing dari alam, tumbuhan, hewan, danau, dan langit. Balita harus mampu melempar bola, melompat, berlari, dan bernyanyi. Intinya, anak harus aktif bergerak untuk merangsang perkembangan saraf motorik.

Sumber: KPAI

Admin
Penulis