Kinerja Makro Ekonomi RI Diapresiasi Positif, Rupiah Bergerak Naik

Kinerja Makro Ekonomi RI Diapresiasi Positif, Rupiah Bergerak Naik

    JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (28/12/2021) berakhir menguat tipis, setelah para pelaku pasar mengapresiasi kinerja pemerintah terkait penerimaan pajak yang melampaui target APBN. Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, kurs rupiah tengah akhirnya ditutup pada level Rp14.214 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 15 poin atau 0,11 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin (27/12) di level Rp14.229 per dolar AS. Sebalknya, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) justru menempatkan rupiah di posisi Rp14.237 per dolar AS, melemah dari Rp14.225 per dolar AS pada Senin kemarin. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada Selasa. Ini membuat laju penguatan rupiah berlangsung sangat tipis pada sore ini. "Karena ketidakpastian tentang varian Omicron Covid-19 masih tetap tinggi," kata Ibrahim dalam keterangan hasil risetnya Selasa sore. Investor juga mencermati dampak omicron terhadap pemulihan ekonomi. Inggris tidak akan memperketat tindakan pembatasan sebelum akhir tahun meskipun jumlah kasus melonjak. Prancis akan semakin memperketat tindakan COVID-19 tetapi tidak akan memberlakukan jam malam untuk Malam Tahun Baru 2022. "AS juga memangkas waktu isolasi yang direkomendasikan untuk orang Amerika yang terinfeksi dari 10 menjadi lima hari," ujar Ibrahim. BACA JUGA: Penerimaan Pajak 2021 Lampaui Target Tiga Hal Jadi Kunci Penerimaan Pajak 2021 Lampaui Target Penerimaan Pajak Tahun 2022 Diperkirakan Moncer, Ini Penyebabnya Penasihat kesehatan Gedung Putih dan juga ahli penyakit menular Amerika Serikat (AS), Dr Anthony Fauci, memberikan sinyal baru mengenai perkembangan Varian Omicron di negara itu. Ia menyebut bahwa kasus Covid-19 akan terus meledak karena kekuatan penyebaran varian itu yang masif. Faktor sentimen positif yang mendorong rupiah adalah pertama, penjualan ritel AS naik 8,5% dari 1 November 2021 hingga 24 Desember 2021. Hasil ini menurut survei SpendingPulse dari Mastercard Inc. Survei yang dirilis pada hari Minggu (26/12). "Hasil ini meningkatkan sentimen investor dan mendorong saham AS ke rekor tertinggi," jelas Ibrahim. Faktor kedua, Bank Rakyat China juga menegaskan kembali pada hari Senin (27/12/2021) bahwa nilai tukar yuan akan lebih fleksibel pada tahun 2022 dan akan tetap stabil secara keseluruhan pada tingkat yang wajar dan seimbang. "Bank sentral menambahkan bahwa pihaknya akan memastikan secara keseluruhan kredit perbankan terus tumbuh pada tahun 2022," tambah Ibrahim. Faktor ketiga, data Jepang yang dirilis kemarin menunjukkan bahwa produksi industri tumbuh lebih baik dari perkiraan 7,2 persen bulan ke bulan di bulan November 2021. Rasio pekerjaan/aplikasi adalah 1,15, sedangkan tingkat pengangguran adalah 2,8 persen, pada bulan November 2021. Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif kinerja penerimaan pajak Pemerintah RI yang telah memenuhi target APBN 2021 sebesar Rp1.229,6 triliun sampai tanggal 26 Desember 2021. Kemungkinan hasil ini bahkan masih akan ada kenaikan hingga penutupan di tanggal 31 Desember 2021. Ini menjadi sentimen positif yang membuat rupiah menguat tipis. "Ini merupakan sejarah baru, bahwa Pemerintah bisa mencapai target, sedangkan saat ini masih dalam kondisi COVID-19 dan masih di dalam proses pemulihan ekonomi, Namun mampu mencapai target 100% bahkan sebelum tutup tahun," pungkas Ibrahim. (git/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: