Masuk Minimarket Minyak Goreng Kosong, Jokowi: Nanti Minyaknya Datang Lagi?, Penjual: Gak Mesti...

Masuk Minimarket Minyak Goreng Kosong, Jokowi: Nanti Minyaknya Datang Lagi?, Penjual: Gak Mesti...

Presiden Jokowi saat menanyakan ketersediaan minyak goreng di salah satu minimarket-ist-Antara

"Beli berapa?" tanya Presiden.

"Rp18.000 lebih sedikit," jawab pedagang.

Pedagang tersebut juga menyatakan ketidakpastian stok minyak goreng.

"Barang ada, tapi mahal ya," kata Presiden mengomentari tingginya harga minyak goreng.

"Ada tapi lambat Pak, nanti kalau sudah habis lama lagi,” kata pedagang tersebut.

Presiden lalu membeli 2 botol minyak goreng 1 literan seharga Rp20 ribu. Presiden memberikan beberapa lembar uang Rp100 ribuan kepada pedagang tersebut.

Presiden lalu beralih ke Pasar Sentul Yogyakarta. Di lokasi tersebut, Presiden juga mendapati dari pedagang bahwa tidak ada jawaban pasti kapan minyak goreng akan dikirim.

Di satu toko, Presiden Jokowi membeli 1 liter minyak goreng dalam kemasan premium seharga Rp15 ribu dan kembali memberikan lembaran Rp100 ribu tanpa meminta pengembalian uang.

Selain membeli minyak goreng dalam kemasan, Presiden Jokowi dalam tayangan tersebut membeli minyak goreng curah serta minyak goreng dalam kemasan botol seharga Rp14.000.

Secara terpisah, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan setelah Presiden Jokowi kembali dari lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, maka Kepala Negara akan membuat keputusan soal minyak goreng.

"Pada prinsipnya Bapak Presiden setiap kunjungan ke daerah beliau pasti melakukan sidak untuk melihat persoalan yang menyangkut dengan minyak goreng. Setelah kembali dari acara IKN, Presiden akan segera melaksanakan rapat intern untuk memutuskan persoalan yang berkaitan dengan minyak goreng ini," kata Pramono dalam video tersebut.

Menurut Pramono, yang jadi persoalan untuk minyak goreng adalah pembagian pasar ekspor dan domestik.

"Dilihat dari total produksi (CPO) kita yang hampir 50 juta kan hampir 26-28 juta itu diekspor sehingga dengan demikian bagian untuk ekspor itu harus diprioritaskan untuk kepentingan dalam negeri," ungkap Pramono.

Ia meminta agar pengusaha minyak goreng memberikan prioritas untuk kepentingan dalam negeri.

"Oleh karena itu diminta pada produsen untuk mementingkan masyarakat kita dibandingkan di luar, meskipun harga di luar memang tinggi sekali. Kami tahu ini persoalan dilematis bagi masyarakat atau produsen yang selama ini memproduksi CPO," ungkap Pramono.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Gatot Wahyu

Tentang Penulis

Sumber: