Etika Batuk dan Bersin di Era Pandemi

Etika Batuk dan Bersin di Era Pandemi

TBC, Image oleh Anastasia Gepp dari Pixabay--

JAKARTA - Batuk dan bersin adalah salah satu cara tubuh manusia, untuk bereaksi terhadap benda asing, masuk lewat saluran pernapasan.

Dengan demikian, batuk dan bersin adalah sebuah aktifitas yang normal untuk dilakukan. Akan tetapi di era pandemi ini, etika batuk dan bersin di era pandemi tidak bisa lagi sama.

Mengapa demikian, karena batuk dan bersin adalah salah faktor penyebaran COVID, maka etika batuk dan bersin di area publik dianggap penting untuk alasan kepantasan, selain kesehatan.
 
Alasannya, karena ketika seseorang batuk atau bersin, maka potensi penyebaran tidak hanya kuman, namun juga virus corona menjadi tak terhindarkan, khususnya oleh mereka yang positif membawanya.

Untuk mencegah penyebaran kuman dan virus, setiap orang wajib menyadari pentingnya etika batuk dan bersin di era pandemi (khususnya di area publik).

Berikut etika batuk dan bersin di era pandemi menurut Today:

  • Pastikan untuk selalu menggunakan masker, khususnya di area publik, atau ketika Anda bersama dengan mereka yang tidak tinggal satu rumah dengan Anda. Masker akan mencegah droplet bersin dan batuk Anda menyebar.
  • Tinggalkan ruangan di mana Anda berada, jika Anda merasa ingin bersin atau batuk. Cara ini penting untuk meminimalisir potensi penyebaran.
  • Batuk atau bersin ke arah bagian dalam sikut Anda. Etika ini sudah ada bahkan sebelum COVID menjadi wabah.
  • Jika punya masker lebih, mengganti masker yang baru akan lebih baik.


Etika Batuk dan Bersin saat Sendirian

  • Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin.
    Singkirkan tisu yang bekas dipakai
  • Jika tidak ada tisu, gunakan sikut untuk menutup batu dan bersin Anda, jangan gunakan telapak tangan.
  • Pastikan untuk segera mencuci tangan usai batuk, bersin atau membuang hingus. Luangkan minimal 20 detik untuk mencuci tangan dengan sabun dan air.
  • Sabun dan air bisa digantikan dengan penggunaan sanitizer, dengan kandungan alkohol 60 persen.


Bahaya Menahan Bersin

Orang-orang memiliki kebiasaan untuk menahan bersinnya dengan menutup hidung dan mulut. Alasannya adalah karena etika dan kesopanan.

Namun menurut sebuah kasus yang dirilis pada jurnal BMJ Case Reports, ada baiknya untuk berhati-hati akan kebiasaan yang dinilai berbahaya itu.

Seorang pria berusia 34 tahun dilaporkan mengalami pecah tenggorokan, tepatnya di bagian belakang, setelah mencoba menahan bersinnya dengan menutup hidung dan mulutnya.

Laporan tes medis pun menunjukan bahwa, sebagai akibat dari hal itu, ditemukan adanya gelembung udara pada jaringan belakang tenggorokan.

Hal yang sama juga ditemukan pada pada bagian leher yang terletak di dasar tengkorak, hingga bagian bawah pinggang.

“Untuk alasan etika dan kesopanan, seseorang terkadang menahan bersinnya. Namun kalau lagi sial, menahan bersin dapat menyebabkan komplikasi serius,” kata Dr. Sudip Das dari University Hospitals of Leicester NHS Trust seperti dikutip dari The Guardian.

Meski hal ini terbilang langka, lanjut co-author studi itu, jaringan tenggorokan yang pecah juga dapat memicu pecahnya gendang telinga.

Yang tidak kalah mengerikan, hal ini juga dapat memicu anuerisma otak, seperti yang terjadi pada kasus-kasus sebelumnya.

Pasien yang namanya dirahasiakan itu,  diperbolehkan pulang setelah menerima perawatan satu pekan penuh.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: