Rupiah Ditutup Melemah, Imbas Peningkatan Kewaspadaan Para Investor Terhadap Hasil Pertemuan The Fed

Rupiah Ditutup Melemah, Imbas Peningkatan Kewaspadaan Para Investor Terhadap Hasil Pertemuan The Fed

Ilustrasi Rupiah-Robert Lens-Pexels

 

JAKARTA, FIN.CO.ID - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada awal pekan ini, Senin, 17 Januari 2022, seiring kewaspadaan investor terhadap hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan. 

Pertemuan The Fed itu diyakini akan mempertegas pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). 

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup di level Rp14.324 per dolar AS, melemah 28 poin atau 0,20 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat sore, 14 Januari 2022 di level Rp14.296 per dolar AS.

(BACA JUGA:Bitcoin cs Melemah Awal Pekan, Investor Cenderung Berhati-Hati Memburu Aset Kripto)

Sementara itu berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.323 per dolar AS atau melemah dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp14.310 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah akibat investor bersiap untuk menanti hasil pertemuan The Fed Januari 2020 yang akan berlangsung minggu depan. 

"Pasar semakin yakin akan prospek kenaikan suku bunga acuan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin sore.

(BACA JUGA:IHSG Hari Ini Berpeluang Menguat Terbatas, Saham EMTK Direkomendasikan Dua Analis)

Dalam sidang Komite Perbankan Senat AS yang berlangsung minggu lalu, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS siap untuk memulai kebijakan moneter yang lebih ketat. Pejabat Fed lainnya juga telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada Maret 2022.

"The Fed akan bertemu dan mengeluarkan keputusan kebijakan moneternya pada 25-26 Januari 2022. Sementara Bank of England akan menjatuhkan keputusannya pada 3 Februari 2022," ujar Ibrahim.

Namun pelemahan rupiah tidak terlalu dalam karena terdorong sentimen positif dari China. Data terbaru yang dirilis China menunjukkan bahwa PDB tumbuh 4 persen yoy dan 1,6 persen kuartal ke kuartal pada Kuartal 4 2021. 

(BACA JUGA:Gencarkan Smart City, BNI Bentuk Ekosistem Digital di Sumatera Barat)

Data juga menunjukkan bahwa produksi industri China tumbuh 4,3 persen yoy. "Penjualan ritel tumbuh 1,7 persen yoy di bulan Desember 2021, sementara tingkat pengangguran berada di 5,1 persen," jelas Ibrahim.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugr

Tentang Penulis

Sumber: