Turunkan Intesitas Hujan, TMC Akan Diperluas

Turunkan Intesitas Hujan, TMC Akan Diperluas

JAKARTA - Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menyemai NaCl atau garam sebanyak 25,6 ton telah mampu mereduksi intensitas hujan hingga 40 persen. Rencananya modifikasi cuaca ini juga akan diterapkan di sejumlah wilayah lainnya untuk mencegah terjadinya banjir. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan sejauh ini, pihaknya bersama BNPB telah menebarkan 25,6 ton NaCl atau garam sejak 3 hingga 6 Januari. Hasilnya sangat efektif, intensitas hujan yang masuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi turun hingga 40 persen. Penebaran garam dilakukan dengan 16 sortie penerbangan menggunakan pesawat CN-295 dan CASA 212-200. Untuk CN-295 mampu mengangkut 2,4 ton dan CASA 212-200 membawa sekitar 800 kilogram garam dalam satu sortie penerbangan. "Ini tentu kita bandingkan dengan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Harapan kita untuk mengurangi intensitas hujan dengan TMC hingga 40 persen saat ini menunjukkan hasil yang cukup signifikan," katanya di Jakarta, Selasa (7/1). Menurutnya, prakiraan hujan intensitas tinggi masih akan terus terjadi. Sebab awan-awan pembawa hujan lebat juga terus bergerak. Terlebih saat ini terdapat bibit-bibit siklon yang membawa angin kencang serta hujan lebat. "Jadi program TMC ini akan terus kita lanjutkan sebagai bentuk antisipasi serta mitigasi lebih lanjut terkait intensitas hujan di Jabodetabek dan sekitarnya," katanya. Dia juga mengatakan akan penerapan TMC akan diperluas hingga Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lain. Sebab informasi BMKG menyebutkan cuaca ekstrem tidak hanya terjadinya di Jabodetabek, melainkan Indonesia secara umum. "Cuaca ekstrem diprediksi terjadi hingga akhir Januari, bahkan masuk ke puncaknya di Februari sehingga perlu dilakukan berbagai tindakan pencegahan," ujar dia. Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan akibat banjir dan tanah longsor di wilayah Jabodetabek serta Lebak, Banten memaksa 35.502 warga mengungsi. Sedangkan jumlah korban jiwa mencapai 67 orang dan seorang hilang. Dia juga menyebutkan, banjir dan tanah longsor telah melanda 293 kelurahan di 74 kecamatan di Jabodetabek dan Banten. Selain itu, Muhadjir mengatakan, banjir menyebabkan kerusakan fasilitas umum dan perumahan penduduk di sebagian wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. "Kabupaten Lebak merupakan daerah yang kerusakan infrastruktur terbanyak disusul Kabupaten Bogor," kata dia. "Banjir bandang di Lebak menyebabkan sekitar 900 rumah warga dan dua sekolah rusak," tambahnya. Sementara Kementerian Sosial mengklaim telah menyalurkan bantuan senilai Rp7,8 miliar kepada korban banjir di Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten. "Itu sudah termasuk bantuan logistik darurat ke masing-masing provinsi yakni Rp2,1 miliar ke DKI Jakarta, Rp2,6 miliar untuk Jawa Barat dan Rp1,4 bagi Banten," kata Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat. Distribusi bantuan logistik tersebut meliputi beberapa item di antaranya makanan siap saji, makanan anak, lauk pauk, mi instan, peralatan dapur keluarga dan kotak makan atau "foodware". Selanjutnya juga termasuk tenda gulung, tenda serbaguna, selimut, velbed atau tempat tidur lipat, paket sandang, kasur dan sebagainya. Di samping penyaluran logistik darurat, bantuan dari Kemensos juga meliputi beras reguler sebanyak 20.000 kilogram bagi korban banjir atau senilai Rp210 juta. Kemudian bantuan paket peralatan kebersihan sebanyak 300 paket dengan nilai total Rp135 juta serta 700 paket perlengkapan sekolah senilai Rp175 juta. Kemensos juga memberikan santunan kepada ahli waris dari 67 korban meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor. Besaran bantuan tersebut senilai Rp15 juta per jiwa. "Total sekitar Rp1 miliar dan saat ini dalam proses verifikasi ahli waris," kata dia.(gw/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: