Gandeng Jepang, Limbah Sawit Diubah Jadi Kertas

Gandeng Jepang, Limbah Sawit Diubah Jadi Kertas

JAKARTA - Kementerian Perindustrian menjalin kerja sama dengan perusahaan Jepang untuk mengembangkan produk bubur kertas dan pulp dari limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Upaya strategis ini direalisasikan oleh Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) bersama konsorsium PIC Co., Ltd dan Taizen Co., Ltd, yang bergerak di bidang manufaktur serta penjualan mesin industi pulp dan kertas. "Langkah sinergi ini dilakukan melalui program Japan International Cooperation Agency (JICA). Secara mekanis, teknologi yang digunakan dari Taizen Co., Ltd, di mana limbah TKKS tersebut bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk industri kertas dan karton," kata Restu Yuni Widayati Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin di Jakarta, Senin (10/2). Melalui kolaborasi ini, Restu berharap industri pulp dan kertas dapat lebih mandiri dan tidak lagi ketergantungan dengan kertas jenis old corrugated cardboard (OCC). "Selain itu, untuk industri minyak sawit, juga memiliki keuntungan dengan dapat mengurangi biaya proses pengolahan dan pembuangan hasil samping yang selama ini dilakukan," tuturnya. Restu menerangkan, tim PIC & Taizen telah mendatangkan teknologi Taizen dari Jepang ke Indonesia untuk dioperasikan di lingkungan BBPK Bandung. Diharapkan, penggunaan teknologi ini dapat turut berkontribusi dalam penyelesaian masalah lingkungan di Indonesia, terutama bagi industri kelapa sawit serta industri pulp dan kertas. Selama ini, industri pulp dan kertas berkontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2019, industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman menyumbang 3,95% terhadap industri pengolahan nonmigas dengan pertumbuhan sebesar 8,14%. Bahkan, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menilai permintaan domestik maupun global masih terus meningkat hingga 2%. "Kebutuhan kertas saat ini didominasi untuk packaging (kertas kemas). Salah satunya diserap oleh industri kertas kemas, yakni berupa kertas medium dan liner untuk memproduksi kotak karton kemasan," papar Saiful Bahri Kepala BBPK.

BACA JUGA: Kampus Merdeka Bakal Sulit Dilakukan

Guna memasok permintaan tersebut sekaligus mensubstitusi bahan baku impor, Restu menyatakan, bahan baku alternatif yang mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan adalah TKKS. Apalagi, Indonesia memiliki keunggulan terhadap produksi kelapa sawit. Selain itu, sejalan dengan tekad pemerintah dalam mendorong program hilirisasi yang bertujuan dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Merujuk data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, sepanjang tahun 2019, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan sekitar 14,68 juta hektar, dengan jumlah produksi mencapai 51,8 juta ton per tahun atau terbesar di dunia. Setiap satuan berat tandan buah segar (TBS) sawit, diproyeksi bisa menghasilkan 21-23% TKKS. Selama ini, TKKS tersebut lebih banyak digunakan untuk pupuk kebun atau bahan bakar industri CPO. Diperkirakan, dengan kondisi saat ini, kebun kelapa sawit dapat memenuhi kebutuhan bahan baku kertas karton (medium linear) mencapai 45 juta ton. Ternyata limbah sawit bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Selain diolah menjadi bahan baku kertas, tandan kosong kelapa sawit bisa disulap menjadi arang briket. Inovasi ini merupakan inisiatif petani dan sejumlah pihak. Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa mengatakan, olahan limbah sawit menjadi arang briket potensial sebagai sumber energi alternatif terbarukan. Pemanfaatan tandan kosong menjadi arang briket yang dilakukan petani sawit tersebut digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan rumah tangga. Tentu saja hal itu bagian dari upaya mengurangi limbah sawit. Pemanfaatan limbah sawit menjadi arang briket itu juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit, terutama petani plasma perusahaan.

BACA JUGA: Kembalikan Modal, Jerat Hukum Sudah Menanti Kepala Daerah

"Kami mengakomodir dan memfasilitasi inisiatif petani dan sejumlah pihak dalam mengolah limbah sawit menjadi produk bernilai tambah. Keuntungan yang didapat dari pembuatan dan penjualan arang briket langsung dinikmati petani," kata Jatmiko dalam keterangan persnya Sabtu (8/1). "Sudah menjadi kewajiban kami sebagai agent of change, mendukung semua kegiatan dan inisiasi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal itu sebagai keseriusan PTPN V untuk tumbuh besar bersama petani khususnya sawit rakyat," lanjutnya. Perlu diketahui, selama ini, pemanfaatan tandan kosong baru sebatas menjadi pupuk kompos. Melalui pelatihan pembuatan arang briket di Pekanbaru, petani sawit binaan PTPN V, diharapkan dapat segera membuat arang briket. Bahan bakar alternatif ini memiliki harga jual lebih baik. Sehingga petani sawit bisa mendapatkan nilai tambah yang bermanfaat, yang berujung pada peningkatan kesejahteraan. (dim/fin/ful)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: