Ekonomi Indonesia Diprediksi Anjlok di Bawah 4 Persen

Ekonomi Indonesia Diprediksi Anjlok di Bawah 4 Persen

JAKARTA - Keganasan virus corona atau Covid-19 tak hanya menewaskan ribuan orang di seluruh dunia, namun juga melemahkan perekonomian sebuah negara. Misalkan, ekonomi Indonesia diprediksi berpotensi melambat cukup dalam. Hasil riset ekonomi PT Bank Mandiri Tbk menyebutkan, penyebaran virus corona yang terjadi selama tiga bulan terakhir bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional. Perlambatan ekonomi nasional bisa dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020 yang melambat 0,1 persen hingga 0,3 persen dari perkiraaan awal yang sebesar 5,14 persen. "Jika wabah terus terjadi dalam periode yang lebih lama, skenario terburuk (asumsi wabah satu tahun), kami memperkirakan pertumbuhan dapat melambat hingga di bawah 4 persen," tulis riset tersebut, Senin (16/3). Selanjutnya, riset Bank Mandiri menyebut jika masih ada ruang namun terbatas. Bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas bunga kebijakan lanjutan. Hal ini terbatas karena ada risiko yang lebih tinggi pada neraca pembayaran atau BoP pada 2020.

BACA JUGA: Tes Darah dan Rambut Negatif, Ririn Ekawati Jadi Saksi

"Virus corona juga akan memberi efek buruk pada neraca perdagangan dan aliran modal. Kami memperkirakan current account deficit pada 2020 akan melebar ke 2,88 persen dari PDB," paparnya. Tak hanya Indonesia, menurut riset, virus corona juga mengguncang ekonomi global. Bank sentral di sejumlah negara dengan cepat mengambil langkah antisipasi. Adapun The Fed yang kembali memangkas suku bunga secara darurat menjadi 0-0,25 persen pada Maret 2020. Angka ini turun dari kisaran target sebelumnya 1 persen menjadi 1,25 persen pada Maret 2020. Menurut riset, pemangkasan 100 bps ini menjadi pemangkasan suku bunga tunggal terbesar sejak krisis ekonomi global pada 2008. "Pemotongan bunga juga bertujuan untuk mendukung tercapainya penciptaan kesempatan kerja yang maksimal dan stabilitas harga," ujarnya. Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, lonjakan jumlah penderita virus corona yang sangat tinggi dan tak tertangani oleh pemerintah sehingga melakukan lockdown atau isolasi tanpa perencanana akan berdampak tergerusnya pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam. "Lonjakan penderita yang sangat tinggi dan cepat memaksa pemerintah melakukan lockdown tanpa perencanaan akan membuat ekonomi akan terhenti. Pada kondisi ini semua insentif sudah tidak bisa efektif," ujar Piter kepada Fajar Indonesia Network, Senin (16/3). Namun, kata dia, bila lockdown dilakukan secara terencana maka wabaha corona dapat diatasi dengan cepat, sehingga peekonomian masih bisa diharapkan untuk tumbuh positif. "Tetapi bila yang terjadi adalah lockdown terpaksa tanpa rencana pertumbuhan ekonomi bisa negatif," tukasnya. Hingga kemarin (16/3), jumlah kasus infeksi virus corona di seluruh dunia mencapai 162.687. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.065 kasus kematian. Sementara sebanyak 75.620 di antaranya telah dinyatakan sembuh. Untuk di Indonesia, pasien terinfeksi positif virus corona bertambah 17 kasus sehingga berjumlah 134 orang. Dari jumlah tersebut, delapan orang dinyatakan sembuh, dan lima orang meninggal dunia.(din/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: