GULA, DIOLAH RAJA OLAH

GULA, DIOLAH RAJA OLAH

JAKARTA -  Hingga Kamis (19/3) ketersediaan gula pasir di Pulau Jawa, Sumatera bahkan Kalimantan. Yang menarik, Lampung sebagai wilayah produksi gula putih terjadi kelangkaan. Sampai-sampai, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat menggelar operasi pasar (OP). Di Kota Sukabumi, Jawa Barat misalnya, mulai  berkurang akibat dari pasokan yang terbatas baik ke pasar modern maupun tradisional, sehingga pembelian salah satu komoditas penting ini harus dibatasi. ”Dari hasil pantauan di pasar tradisional dan modern persediaan gula pasir masih ada, tetapi terbatas karena berkurangnya pasokan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas, Koperasi, Perdagangan, Perindustrian dan UMKM Kota Sukabumi Kepala Didin Syaripudin di Sukabumi. Baca juga4.000 kg Gula Oplosan Siap Edar Diamankan Akibat berkurangnya persediaan harganya terus merangkak naik yang awalnya Rp12 ribu/kg hingga Rp13 ribu/kg kini menjadi Rp16 ribu/kg. Dirinya tidak menampik, berkurangnya pasokan yang menyebabkan persediaan terbatas pengaruh dari pandemi COVID-19. Di Lampung sendiri pasokan komoditas tersebut cukup rendah. ”Stok gula pasir dalam OP berasal dari Bulog,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan. https://www.youtube.com/watch?v=Nka2cg8-1YQ Stok gula pasir dalam pelaksanaan OP itu dari PT Sungai Budi sebanyak 2 ton dan dari Bulog sebanyak 500 kg. Harga lanjut dia, dijual lebih rendah dari pasaran saat ini dengan harga 12.500/kg. Sementara maksimal pembelian dibatasi yakni 2 kilogram per orang.   Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, harga gula pasir menembus Rp18.000 per kilogram. ”Biasanya gula kisaran Rp13.000 per kilogram, tetapi sudah beberapa hari ini saya terpaksa menjual Rp18.000 per kilogram,” kata Makruf  seorang pedagang. Menurut informasi, lanjut dia, stok gula di agen kosong, akibatnya harga gula melonjak hingga Rp5.000 per kilogram menjadi Rp18.000 per kilogram. Ia mengaku tidak tahu kapan harga gula bisa turun. Ia berharap pemerintah segera menangani melonjaknya harga gula tersebut. [caption id="attachment_444738" align="alignleft" width="696"] LANGSUNG TURUN: Kabareskrim Polri Komjen Sigit Listyo Prabowo kemali meninjau stok bahan pokok di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, kemarin (18/3). Stok pangan Jakarta dipastikan aman hingga Mei. (Foto: Irfan/Fajar Indonesia Network).[/caption] Pengamat Hukum dan Tata Negara Yusdiyanto Alam meyakini kuping Presiden Joko Widodo sudah mulai panas. Akibat banyaknya laporan yang masuk terkait kerentanan kondisi pangan di sela wabah Virus Corona. https://www.youtube.com/watch?v=cveYpgxyV6M ”Saya yakin sekali. Pak Presiden sudah mengetahui ini.  Raja olah itu diduga bermain di tengah kelangkaan gula di sejumlah daerah. Padahal mau Pilkada lho, biasanya komoditas ini dipakai untuk menarik simpati pemilih,” terang Yusdiyanto kepada Fajar Indonesia Network (FIN). Terbukti, sambung Dosen Hukum di Universitas Lampung itu, Presiden sampai harus turun tangan mengecek kondisi Gudang Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (18/3) lalu. ”Dan terbukti, sinyal kedatangan Presiden pun langsung direspon oleh Kabareskrim Komjen Polisi Listyo Sigit Prabowo. Baca JugaSidak Gabungan, Harga Gula Pasir Melonjak Sejalan dengan langkah Satgas Pangan sudah turun mengecek laporan yang masuk sampai turun ke pasar. Dari hasil data yang didapat, stok gula untuk DKI Jakarta, masih mencukupi hingga Bulan April dan Mei 2020. ”Ya, secara umum untuk stok April sampai Mei harusnya ada," jelasnya. Satgas Pangan sendiri langsung turun ke ke Lampung dan menemukan ada beberapa perusahaan gula yang memiliki stok 75.000 ton hingga 100.000 ton gula. Dan hasilnya pasokan gula dari Lampung tersebut akan dikirim ke Jakarta secara bertahap. ”Dari data yang saya dapat mulai Rabu (18/3) kemarin, ada 33 ribu ton gula dari Lampung di kirim ke Jakarta. Anda bisa bayangkan, pusat sampai turun tangan menghadapi kondisi ini. Nah di sinilah saya menduga raja olah bermain,” tandasnya. Baca Juga: Dua Jam, 500 kg Gula Ludes Ketika ditanya siapa raja olah itu? Yusdiyanto, sempat tertawa kecil. ”Anda kan wartawan, pahamlah. Jangan pura-pura ngak tahu deh. Yang pasti oknum," jawab doktor jebolan Universitas Lampung itu. Yang pasti, sambung dia, Pemerintah Pusat dan daerah harus cermat melihat situasi dan kondisi saat ini. Dampak Covid-19 telah menggerus sendi ekonomi. ”Harga sudah pada mahal lho. Secara aturan mungkin sudah melampaui ambang batas. Polda khususnya aparat hukum jangan sungkan-singkan, lacak, cari dan sanksi raja olah itu. Untuk pemerintah, tolong deh perhatikan dulu kondisi yang ada. Rakyat sedang susah, naik pangkat, dobel job, pelantikan nanti dulu. Konsentrasikan pada ranah yang paling urgen,” papar Yusdiyanto. Baca JugaHarga Gula Pasir Terus Meroket Sebelumnya, Satgas Pangan Polri telah menerbitkan surat edaran kepada Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) untuk membatasi penjualan sembako ke masyarakat. Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, mengatakan kebijakan pembatasan dikeluarkan untuk menjamin ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat, termasuk mencegah pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan kondisi pandemi virus corona atau COVID-19 demi meraup keuntungan pribadi. ”Kami keluarkan surat edaran supaya tidak ada yang memanfaatkan situasi,” tegasnya. Baca JugaHarga Gula Makin Menggila Pihaknya pun mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan berbelanja bahan pokok secara berlebihan. Pasalnya pemerintah menjamin ketersediaan pangan di Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan. ”Tidak usah panik, biasa saja. Tidak perlu borong-borong belanja. Stok pangan tersedia," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri ini. Daniel meyakini hingga kini belum ada oknum yang memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga pangan. ”Tidak ada. Kalau ada, pasti kami tindak,” katanya Ia menambahkan, kenaikan harga pada sejumlah bahan pangan saat ini terjadi karena naiknya permintaan dari konsumen. ”Bahan-bahan pokok itu naik karena permintaan bertambah. Teori ekonomi kan makin meningkat (permintaan), makin mahal harganya,” tegasnya. Baca JugaPemerintah Impor Gula 438,8 Ribu Ton Dalam surat edaran B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim ada beberapa bahan pokok yang dilakukan pembatasan pembelian, di antaranya beras maksimal 10 kg, gula 2 kg, minyak goreng 4 liter, dan mi instan maksimal dua dus. (fin/ful)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: