Kasus COVID-19 di AS Sudah Lewati Cina

Kasus COVID-19 di AS Sudah Lewati Cina

NEW YORK-Amuk COVID-19 di Amerika Serikat (AS) semakin tak terkendali. Hingga Kamis (26/3) waktu setempat, jumlah kasus infeksi corona di negara Paman Sam itu mencapai 82 ribu kasus. Jumlah ini, sudah melampaui jumlah total kasus corona di China yang sebelumnya menduduki peringkat pertama penderita COVID-19. Lonjakan data ini setelah New York, New Orleans dan sejumlah zona merah lainnya menerima lonjakan pasien rawat inap. Sementara di daerah itu kekurangan pasokan obat-obatan, alat medis, dokter, staf medis, dan tempat tidur. Yang mengkhawatirkan, saat ini fasilitas medis di Negara adi kuasa itu sudah hampir habis.  Terutama untuk kebutuhan ventilator dan masker pelindung. Amerika juga kesulitan melakukan pengujian diagnostik karena peralatan yang terbatas. Tak urung,  angka kematian akibat penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus asal Wuhan itu naik melebihi 1.200 kasus. "Setiap skenario yang realistis akan membanjiri kapasitas sistem perawatan kesehatan," terang Gubernur New York Andrew Cuomo pada konferensi pers seperti dilansir Reuters. Cuomo menggambarkan, kekurangan ventilator memaksa pasien di sana harus ’bernapas sediri’ tanpa bantuan peralawatn medis. ”Ini sesuatu yang luar biasa. Bukannya itu tersimpan di gudang? Atau memang persediaan yang tidak ada?," tandas Cuomo. Karena minimnya alat ventilator,  salah satu rumah sakit di New York, Pusat Medis Universitas New York-Presbyterian/Columbia di Manhattan, telah memulai uji coba berbagi ventilator tunggal antara dua pasien. Saat ini New York menjadi pusat virus corona di Amerika Serikat. Selain New York, infeksi besar-besaran juga terjadi di Louisiana. Di daerah ini permintaan ventilator mengalami kenaikan dua kali lipat. Di New Orleans, kota terbesar di negara bagian itu, perayaan Mardi Gras akhir bulan lalu diyakini telah memicu wabah itu. Gubernur Louisiana John Bel Edwards mengatakan, New Orleans akan kekurangan ventilator pada 2 April dan berpotensi kekurangan tempat tidur pada 7 April. "Itu terjadi jika kita tidak segera meratakan kurva infeksi. Ini bukan dugaan, ini bukan teori yang lemah. Inilah yang akan terjadi," kata Edwards. Sementara itu Warner Thomas, kepala eksekutif Ochsner Health System, kelompok rumah sakit negara bagian mengatakan, sekitar 80 persen dari pasien perawatan intensif Louisiana sekarang menggunakan mesin pernapasan, naik dari tingkat normal 30-40 persen. Menurut penghitungan Reuters dari badan kesehatan umum negara bagian dan lokal, di AS secara keseluruhan ada 82.153 orang terinfeksi pada Kamis. China, tempat pandemi global pertamakali muncul akhir tahun lalu, memiliki jumlah kasus tertinggi kedua, yaitu 81.285 kasus diikuti oleh Italia dengan 80.539 kasus. Dari jumlah sebanyak itu, 1.204 orang Amerika telah meninggal karena COVID-19. (wsa/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: