Ekonomi Pulih Bisa Lebih Lama dari 1998

Ekonomi Pulih Bisa Lebih Lama dari 1998

BUNGURSARI – Pakar ekonomi Prof H Kartawan SE MP menyebut wabah Covid-19 berdampak kepada seluruh aspek ekonomi. Paling terasa secara langsung, salah satunya di bidang transportasi dan pariwisata. “Yang terasa sulit dan terdampak langsung, itu angkutan. Mereka memaksakan beroperasi pun berat ketika tidak ada penumpang,” tuturnya saat ditemui di bale kota, Rabu (22/4). Sementara di bidang pangan, kata Prof Kartawan, masih terbilang baik. Hanya beberapa komoditas mengalami kesulitan dari sisi pemasaran. Ia mencontohkan, surplusnya produksi ayam di Ciamis, tidak dapat terjual dengan lancar lantaran menurunnya permintaan akibat konsumen berkurang. “Saat dikirim ke Jakarta berat karena permintaan menurun,” kata dia. “Untuk telur, Tasikmalaya masih berpeluang karena produksi lokal masih defisit dan disuplai luar daerah. Kebutuhannya cukup meningkat karena banyak warga dirumahkan dan mudah memasak telur,” sambung Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah Tasikmalaya itu. Menurutnya, meski wabah Covid-19 mulai mereda, pemulihan ekonomi terbilang sulit. Itu mengingat suatu aspek ekonomi berkaitan satu sama lain atau multiplier. “Ketika satu kena lainnya kena. Untuk yang bisa beroperasi, harusnya tetap berjalan saja. Namun, salah satu pertimbangannya pengangkutan produksi agak sulit,” ujarnya. Prof Kartawan meyakini pemerintah daerah pun sulit mengintervensi kondisi perekonomian secara langsung. Sebab, alokasi anggaran saat ini lebih difokuskan terhadap penanggulangan wabah Covid-19 serta beberapa potensi pendapatan yang mungkin tidak tergali, karena dampak wabah itu sendiri. “Kita ketahui, ekonomi kadang berjalan itu ketika proyek pemerintah bergulir di masyarakat. Sementara sekarang ini kegiatan difokuskan untuk Covid dulu,” kata dia. Dia mengaku sulit memprediksi kapan kondisi ekonomi membaik, karena menengok masih tingginya potensi penyebaran dan kasus Covid-19 yang terus meningkat di berbagai daerah, khususnya Kota Tasikmalaya. “Ketika wabah ini selesai tidak semudah kita melalui ketika krisis 98 (1998, Red) lalu. Karena ini dampaknya mendalam dan lebih berat. Bahkan beberapa ekonom pesimis laju ekonomi bisa sampai negatif,” keluhnya. “Ekonom yang ber-positif thinking memprediksi 1-2 persen masih bisa bergerak ekonomi kita. Namun tetap recovery lebih berat dibanding 98,” lanjut dia. Wabah Covid-19 di Kota Tasikmalaya, sebelumnya, berimbas terhadap daya beli masyarakat. Hal itu dirasakan pelaku usaha perikanan dan peternakan. Omzetnya sejak dua bulan terakhir terjun bebas. Owner PD Mas Mawar Jaya H Jaka mengatakan setiap hari biasanya menyediakan 4-5 kuintal ikan nila per hari. Namun belakangan ini, setelah ada wabah corona, dia hanya menyiapkan 2 kuintal ikan saja per harinya. “Di cabang pun selama dua hari cuma terjual 20 kilogram. Begitu pun di sini, terbilang sepi, 70 persen pembeli hilang,” kata Jaka kepada Radar, Selasa (21/4). Menurutnya, tiga hari sebelum pelaksanaan ibadah Ramadan, biasanya permintaan ikan masyarakat cukup tinggi. Namun saat ini, mendekati bulan puasa tidak terlihat pertanda adanya kenaikan permintaan. “Di sisi lain kolam pancing itu kan sudah tidak boleh beroperasi karena mengundang kerumunan. Kemudian rumah makan pada tutup, maka daya beli masyarakat merosot,” keluhnya memaparkan. Tidak hanya perikanan, penjualan telur ayam pun melesu. Ketika harga stabil, satu kilogram telur ayam dijualnya dengan harga Rp 20.000-21.000 di kandang. Saat ini, hanya Rp 18.600 per kilogramnya. “Memang turun drastis. Kita harga jual rendah, tetapi harga pakan naik Rp 200 per kilogram sejak 1 April lalu,” kata dia. “Sebelum wabah Covid-19, ayam ternak berpenyakit mungkin karena cuaca. Produksi telur otomatis menurun, sekarang saat ayam sehat malah terdampak Covid-19 yang mana daya beli melesu,” sambung Jaka. Dia berharap ada intervensi nyata dari pemerintah. Jangan sampai, pemerintah hanya konsentrasi menanggulangi penyebaran wabah saja, namun dampak-dampak yang ditimbulkan, harus mulai diperhatikan. “Bagaimana mendongkrak supaya ekonomi tetap bergeliat khususnya perikanan dan peternakan. Sebab, itu komoditas kebutuhan pokok masyarakat,” katanya. (igi)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: