Karyawan Mal Terancam PHK

Karyawan Mal Terancam PHK

TASIK - Arena permainan anak indoor di pusat perbelanjaan kembali ditutup oleh Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya, Senin (28/12). Hal ini dinilai berpotensi membuat ekonomi masyarakat semakin memburuk. Salah satu penutupan arena bermain anak yakni di Mayasari Plaza. Padahal, area permainan anak baru dibuka awal November sejak pandemi Covid-19 melanda. Manager Marketing Mayasari Plaza, Andi Gumillar mengatakan pihaknya hanya bisa patuh dengan kebijakan pemerintah. Karena tidak ada gunanya melakukan protes atau sejenisnya.

BACA JUGA: Pelapor Kasus Video Syur Gisel Jadi Bulan-bulanan, Warganet: Kurang Kerjaan Ngelaporin

“Dari awal kami anak baik, ya patuh saja kepada pemerintah,” ungkapnya kepada Radar, kemarin.Namun demikian, pihaknya menyesalkan penutupan itu dilakukan bukan karena ada pelanggaran. Namun sebatas kekhawatiran pemerintah, karena ada peningkatan kasus di Kota Tasikmalaya. “Dengan alasan kasus meningkat lalu harus ditutup, padahal protokol kesahatan kita terapkan,” jelasnya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup). Terlebih, saat ini belum ada temuan klaster pengunjung mal di Kota Tasikmalaya. Karena sejauh ini pengunjung mal relatif sepi sehingga potensi penularan cukup minim. “Pengunjungnya saja sepi bagaimana bisa berkerumun, justru kan yang ada malah klaster ASN di pemkot,” katanya.

BACA JUGA: Kemenkes Bakal Koordinasikan Sejumlah Laboratorium untuk Teliti Mutasi Covid-19

Dia berharap pemerintah bisa lebih bijaksana sebelum membuat ketetapan terkait penutupan tempat usaha. Supaya pihaknya memiliki ruang bicara sebagai bahan pertimbangan. “Ini kan tidak ada kompromi, tiba-tiba harus ditutup,” katanya. Penutupan arena bermain anak sendiri, kata Andi, berdampak pada pekerja yang harus berhenti. Karena tempat tersebut sudah tidak beroperasi lagi. “Ya kalau ditutup otomatis pekerjanya enggak kerja,” terangnya. Masalahnya pun merembet pada tenant-tenant yang ada di mal tersebut. Karena bagaimana pun arena bermain anak merupakan penunjang daya tarik pengunjung untuk datang dan berbelanja.

BACA JUGA: Wujudkan Pemulihan Ekonomi Nasional, Bea Cukai Gelontorkan Fasilitas Ekspor

Untuk toko-toko dari perusahaan besar sejauh ini cenderung masih bertahan. Namun untuk toko dari pelaku usaha lokal saat ini mulai berguguran. “Sudah 35 yang tutup, kebanyakan butik lokal yang memang sudah tidak sanggup bertahan,” ujarnya. Pria yang juga pengurus Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa barat itu menegaskan ada efek berantai ketika salah satu sarana ditutup. Terhentinya kerja sama dari para pelaku usaha tersebut salah satu diantaranya. “Dari 35 toko ke bayang berapa pekerja yang kehilangan penghasilan,” tuturnya. Pada akhirnya, dia pun mempertanyakan upaya pemulihan ekonomi dari Pemerintah Kota Tasikmalaya. Sebab, menurutnya ada ketidakseimbangan dalam penanganan virus dan pemulihan ekonomi. “Karena ke depan ekonomi bisa semakin lumpuh dan pengangguran meningkat,” katanya.

BACA JUGA: Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tidak Akan Bentuk TGPF Kasus Penembakan 6 Laskar FPI

Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Tasikmalaya Deni Yunizar menilai pemerintah tidak mau ambil risiko. Maka dari itu, penutupan tetap dilakukan meskipun belum ada temuan klaster pengunjung mal. “Pada akhirnya kita (pelaku usaha) yang harus bersabar,” ungkapnya. Dia pun berharap pemerintah bisa bergandeng tangan dengan pengusaha dalam menghadapi pandemi ini. Aktivitas usaha bisa berjalan, tentunya tanpa mengesampingkan protokol kesehatan. “Supaya ekonomi bisa tumbuh dan berkembang serta pengangguran berkurang,” pungkasnya. (rga)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: