Rupiah Menguat 0,27 Persen, Berikut Faktor Pendukungnya

Rupiah Menguat 0,27 Persen, Berikut Faktor Pendukungnya

  JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat terhadap dolar AS, Senin (13/12/2021), didukung pernyataan WHO bahwa strategi vaksinasi merupakan kunci untuk melawan penularan varian Omicron Covid-19 dan inflasi domestik yang terkendali. Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.331 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 39 poin atau 0,27 persen jika dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat sore (10/12/2021) di level Rp14.370 per dolar AS. Begitu pula dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.346 per dolar AS atau menguat dari Rp14.378 per dolar AS pada akhir pekan lalu. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan penguatan rupiah karena pelaku pasar merespons positif pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai strategi vaksinasi menjadi kunci melawan penularan Omicron di dunia. Adapun, WHO telah memasukkan Omicron ke dalam Variant of Concern atau VoC yang memiliki lebih banyak strain atau mutasi daripada varian yang sudah ada yakni Alpha, Beta dan Delta. “Selain itu, pasar juga menyambut Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia pada pekan kedua Desember 2021 yang memperkirakan inflasi 2021 mencapai 1,64 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan perkembangan harga pada Desember 2021 tetap terkendali dan kemungkinan akan terjadi inflasi sebesar 0,34 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm),” tulis Ibrahim dalam riset hariannya Senin sore. Faktor kedua penguatan rupiah adalah hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia (BI) pada pekan kedua Desember 2021 memperkirakan inflasi 2021 akan mencapai 1,64 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY). Sedangkan perkembangan harga pada Desember 2021 tetap terkendali dan kemungkinan akan terjadi inflasi sebesar 0,34 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Ini menjadi sentimen positif bagi rupiah. Penyumbang utama inflasi Desember 2021 sampai dengan minggu kedua yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,08 persen (mtm), minyak goreng 0,04 persen, cabai merah 0,03 persen, daging ayam ras 0,02 persen, sawi hijau, sabun detergen bubuk, semen, dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01 persen. "Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain bawang merah dan daging sapi masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," jelas Ibrahim. Namun penguatan kurs rupiah hari ini relatif terbatas. Penyebabnya adalah pelaku pasar mewaspadai pertemuan bank sentral Federal Reserve (The Fed) pada minggu ini. "Investor sekarang menanti kejelasan apakah The Fed akan melakukan percepatan tapering, dan dengan demikian berpotensi lebih awal untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed," tambah Ibrahim. Selain itu, penguatan rupiah juga dibatasi oleh data indeks harga konsumen (CPI) AS hari Jumat tumbuh 6,8 persen tahun ke tahun dan 0,8 persen bulan ke bulan di bulan November 2021. Sementara CPI inti tumbuh 4,9 persen tahun ke tahun dan 0,5 persen bulan ke bulan. "Ini merupakan kenaikan tahunan terbesar sejak 1982," pungkas Ibrahim. Sedangkan untuk perdagangan besok, Selasa (14/12/2021), Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif, namun ditutup menguat tipis di rentang Rp14.320 - Rp14.370 per dolar AS. (git/fin)

admin

Tentang Penulis

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI

google news icon

Sumber: