Harapan Denny JA ke Presiden Indonesia: Jangan Lagi Berakhir Sedih

Harapan Denny JA ke Presiden Indonesia: Jangan Lagi Berakhir Sedih

Presiden Indonesia pertama Soekarno atau Bung Karno lahir di Kota Surabaya dan bukan di Kota Blitar, Jawa Timur -ist-net

Denny JA - Sejak Bung Karno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), presiden Indonesia berakhir dengan kisah yang sedih.

Hal itu diungkapkan pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, dikutip Sabtu 16 September 2023.

Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya 3 menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis.

Denny menjelaskan, pada 1945, Bung Karno menjadi presiden dan dielu-elukan sebagai proklamator dan pahlawan rakyat Indonesia.

Namun sejak 1965/1966, para mahasiswa dan pemuda yang memujanya berbalik bergerak, demo, dan protes menjatuhkannya. 

"Bung Karno pun kehilangan kekuasaannya dengan cara-cara yang sedih," kata Denny.

BACA JUGA:

Lalu, Soeharto menjadi presiden secara resmi pada 1968. Ia dipuji dan dipuja sebagai Bapak Pembangunan Nasional. 

Namun pada 1998, kembali rakyat bergerak, protes, dan demo menjatuhkannya. Soeharto pun berakhir dengan kisah yang sedih.

Kemudian, Habibie menjadi pengganti Soeharto dan membawa Indonesia bertransisi menuju demokrasi. Namun, pada 1999, laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR. 

"Habibie pun berujung pada kisah yang sedih," sambungnya.

Lalu, Abdurahman Wahid atau Gus Dur dipilih menjadi presiden Indonesia pada 1999. Dia datang dari kalangan budayawan, agamawan, dan kaum pemikir. Tapi tak lama kemudian, pada 2001, Gus Dur pun dimakzulkan oleh MPR.

Megawati tampil sebagai presiden wanita pertama di Indonesia pada 2001. Namun, pada 2004, publik menyaksikan  PDIP, partai yang dipimpinnya merosot perolehan suaranya.

BACA JUGA:

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: