WHO Cabut Status Kedaruratan Kesehatan Global COVID-19

WHO Cabut Status Kedaruratan Kesehatan Global COVID-19

Ilustrasi - Test Antigen--(fin.co.id)

Prof. Maksum menambahkan bahwa dibandingkan dengan sub-varian Omicron sebelumnya, Arcturus ini memiliki kemampuan untuk terikat pada reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) pada sel inang adalah 2,4 kali lipat lebih tinggi dari sub-varian sebelumnya (XBB.1.5), sehingga mencerminkan afinitas ikatan Arcturus ini dengan reseptornya.

Berdasarkan hasil uji pseudovirus di laboratorium menunjukkan bahwa infektivitas atau tingkat keparahan Arcturus sebanding dengan sub-varian XBB.1 artinya tidak terlalu parah dibandingkan dengan varian Omicron sebelumnya. Arcturus juga berpotensi dapat menghindari sistem kekebalan yang lebih tinggi daripada XBB.1 dan XBB.1.5.

Arcturus menyebabkan konjungtivitis

Menurut Prof. Maksum, ada dua ciri khas Arcturus. Pertama, demam bukanlah ciri dominan pada jenis sub-varian Arcturus ini. Kedua, Arcturus dapat menyebabkan konjungtivitis atau mata merah. Konjungtivitis ini muncul lebih banyak jika disebabkan oleh Arcturus.

“Konjungtivitis merupakan infeksi atau pembengkakan pada konjungtiva, yaitu selaput tipis dan transparan yang terletak di permukaan bagian mata. Ketika seseorang mengalami konjungtivitis, pembuluh darah di konjungtiva mengalami peradangan, menyebabkan warna merah atau merah muda pada mata yang biasanya dikaitkan dengan konjungtivitis”, katanya.

Prof. Maksum juga menjelaskan bahwa walaupun virus Arcturus ini belum dilaporkan dapat menyebabkan tingkat keparahan dan tingkat kematian yang tinggi, namun harus tetap diwaspadai bagi beberapa kelompok yang berisiko lebih tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2 sub-varian Arcturus ini, yaitu:

1. Orang dengan penyakit penyerta atau komorbid

Tingkat keparahan COVID-19 selama ini umumnya terjadi pada orang-orang yang rentan yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid, antara lain seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan pernapasan. 

2. Orang yang belum menerima vaksinasi

Dalam berbagai studi terbukti bahwa kelompok yang tidak memperoleh vaksin COVID-19 pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah dan berisiko mengalami komplikasi serius, dan risiko dirawat secara intensif di rumah sakit. Prosentase kematian dialami lebih banyak oleh kelompok orang yang belum divaksinasi. Oleh sebab itu, penting sekali bagi masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin dosis primer dan booster. 

3. Lansia

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa para Lansia lebih rentan terhadap COVID-19 karena imunitas tubuhnya umumnya menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, banyak Lansia juga memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke, yang cenderung meningkatkan risiko keparahan bagi mereka yang terinfeksi virus SARS-COV-2.

“Meskipun saat ini tingkat kedaruratan medis COVID-19 secara global telah dicabut oleh WHO, namun tetap penting untuk mencegah penyebaran virus ini. Terutama bagi kelompok orang yang berisiko tinggi, penting untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, dan segera mendapatkan vaksin COVID-19 baik primer maupun booster guna mencegah penularan dan mengurangi keparahan penyakit. Virus ini mungkin sulit hilang dan akan terus bermutasi dan itu berarti kita harus tetap menjaga diri,” pungkasnya, mengakhiri perbincangan santai ini.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: