Rekor Laba

Rekor Laba

KEHANCURAN KOTA Bohorodychne, Donetsk, Ukraina, akibat pengeboman Rusia. Pada 17 Agustus 2022, kota itu diduduki Rusia. Ukraina bisa merebut kembali pada 12 September 2022.-IHOR TKACHOV-AFP---

Oleh: Dahlan Iskan

YANG perang Ukraina, yang memutuskan harus menang Amerika Serikat.

Selasa lalu DPR Amerika Serikat mengeluarkan resolusi bahwa Ukraina harus menang lawan Rusia di perang sekarang ini. Itu sudah menjadi UU di Amerika. DPR sudah setuju. Diputuskan secara bulat-bundar. Dua partai setuju. Senat pun segera menyetujuinya. Tinggal ditandatangani Presiden Joe Biden. Satu dua hari ini.

Di Ukraina sendiri, dua hari kemudian, tersiar berita: Presiden Zelenskyy baru saja melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Xi Jinping. Istimewa. Selama satu jam.

Itulah kontak pertama secara langsung antara dua presiden. Pembicaraan itu, kata Zelenskyy kepada media, sangat penuh arti bagi hubungan kedua negara. Kata ''penuh arti'' itu jadi headline terpenting. 

Sejak terjadi perang di Ukraina hubungan kedua negara memang mendingin. Tiongkok dianggap pro-Rusia. Tiongkok memang satu-satunya negara besar yang tidak mau mengecam serangan Rusia itu.

Setelah perang berlangsung 13 bulan lebih tiada gambaran siapa yang menang. Dunia kelelahan. Apalagi dua negara itu sendiri. 

Maka sikap Tiongkok yang, menurut dirinya sendiri netral itu, menjadi berarti. Hanya Tiongkok yang bisa berbicara mendalam dengan Rusia. Terutama dalam mencari solusi perdamaian.

Di tengah suasana dingin itu rupanya Tiongkok terus menjalin kontak dengan Ukraina. Pelaku kontaknya  memang di bawah level menteri luar negeri. Tujuannya ganda: kalau gagal tidak membuat kehilangan muka. Kalau berhasil bisa ditingkatkan ke level yang lebih tinggi.

Rupanya diplomasi pejabat bawahan itu berhasil. Puncaknya Zelenskyy mau kontak langsung dengan Xi Jinping.

Tiongkok kini memang menjadi harapan dunia untuk memainkan perannya sebagai penengah. Kalau tidak, maka ekonomi dunia akan terus tidak menentu.

Memang, dengan perang ini, perusahaan minyak Amerika memperoleh durian runtuh. Laba mereka mencapai level ''belum pernah terjadi dalam sejarah perusahaan mereka'': USD 200 miliar. Itu baru dari Exxon Mobil, BP, Shell, TotalEnergies, dan Chevron. Masing-masing lama sekitar USD 30 miliar. 

Tapi rakyat Amerika termasuk yang ikut menderita. Sampai orang yang tidur di pinggir jalan kian banyak. Sampai medsos di satu negara Afrika mengejek: di negara kami pun tidak ada gelandangan sebanyak itu.

Tentu ''gelandangan'' yang di Amerika itu bukan sepenuhnya gelandangan seperti di Asia. Mereka masih punya mendapatkan besar: sekitar USD 30.000 setahun. Sekitar Rp 400 juta/tahun. Termasuk BLT dari negara. Hanya saja, dengan penghasilan segitu, mereka tidak bisa lagi beli rumah. Pun secara mencicil 20 tahun. Padahal di sana tidak mudah mencari rumah di kompleks Mertua Indah. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Ikut Semut

2 bulan

Nama Logo

6 bulan

Nama Hoki

7 bulan

Ujian Dini

7 bulan

Tempus Est

7 bulan