Lebaran Ipin

Lebaran Ipin

Dahlan Iskan--

Trenggalek punya gunung dan pantai. Mirip Pangandaran di Jabar. Tapi nasibnya juga mirip: jauh dari mana pun. Terutama dari kota besar. 

Dulu Trenggalek pernah jaya: sebelum Ipin lahir. Trenggalek pernah jadi pusat produksi cengkih. Itu berkat kenekatan bupati tentara berpangkat kolonel. Namanya: Kolonel Sutran. Presiden Soeharto senang sekali pada Sutran. Ia dianggap berhasil mengangkat Trenggalek dari kabupaten termiskin di dunia menjadi makmur. Sutran diangkat menjadi gubernur Papua.

Lalu Trenggalek miskin lagi. Itu gara-gara anak Soeharto: Tommy Soeharto. Tommy terjun ke bisnis cengkih. Dibuatlah lembaga monopoli yang saya sudah lupa namanya. Harga cengkih pun hancur. Rakyat membabat pohon cengkih mereka.

Selama Lebaran di Trenggalek ini saya masih melihat bekas-bekas pohon cengkih itu. Yakni ketika di hari Lebaran itu kami meninggalkan kota ke Pantai Mutiara. Di laut selatan. Sebelah Pantai Prigi. 

Pantai Mutiara adalah ''penemuan'' baru. Bu Susi Pudjiastuti, menteri perikanan dan Kelautan pada saatnya, suka sekali Pantai Mutiara.

Pantai pasirnya tidak sepanjang Prigi. Juga bukan pasir putih. Tapi Mutiara ini seperti pantai teluk terlindungi. Ada pulau nun di mulut Teluk Mutiara. 

Pulau itu seperti menjadi tirai bagi pintu Teluk Mutiara. Laut lepasnya tidak terlihat. Dengan demikian tidak ada gelombang besar di Mutiara. Maka Mutiara bisa dicadangkan untuk kejuaraan dunia Power Boat. Ideal sekali. Terutama kalau persoalan angin di Danau Toba tidak bisa teratasi. 

Itu yang membedakan Mutiara dengan Prigi. Di Mutiara tidak ada gelombang besar. Lingkungannya bukit. Pulau penutup pintu itu sendiri pulau bukit. Tanjung di dua sisi teluk Mutiara juga bukit. Hijau dan hijau.

Maka berada di pantai Mutiara Trenggalek ini saya merasa seperti berada di pusat wisata dekat Hanoi: Ha Long Bay.

Dari Hanoi, Ha Long Bay juga jauh: satu jam perjalanan. Waktu itu jalannya juga jelek.

Dari Trenggalek ke Mutiara juga jauh: 1,5 jam. Jalannya juga kurang baik.

Hanya saja Hanoi adalah ibu kota negara Vietnam. Sedang kota Trenggalek ibu kota kabupaten miskin. Maka daya beli Hanoi jangan dipertandingkan dengan Trenggalek.

Mungkin setelah tol Surabaya-Kertosono disambung ke Kediri kelak Ha Long Bay-nya Trenggalek ini akan lebih hidup. Apalagi bila ditambah pelebaran jalan menuju pantai itu.

Berarti Ipin masih punya waktu untuk membuat perencanaan yang besar atas Prigi-Mutiara. Agar jangan kedahuluan bangunan-bangunan informal yang kelak sulit menatanya.

Gunung Kidul sudah bisa jadi model kemakmuran daerah semiskin Trenggalek. Lewat pariwisata. Pun Banyuwangi, meski latar belakangnya tidak semiskin Trenggalek.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Ikut Semut

3 bulan

Nama Logo

7 bulan

Nama Hoki

7 bulan

Ujian Dini

7 bulan