Nyamuk Aedes Aegypti Super-Resisten

Nyamuk Aedes Aegypti Super-Resisten

Prof. Dr. Maksum Radji, M. Biomed--

Mutasi gen nyamuk “super resisten” terhadap insektisida.

 

Prof. Maksum menjelaskan bahwa untuk mengetahui adanya mutasi gen pada nyamuk Aedes aegypti, para peneliti telah meneliti sejumlah sampel nyamuk Aedes aegypti dari beberapa negara dan mengekstraksi DNA dari nyamuk tersebut dan menganalisis adanya mutasi pada DNA nyamuk yang telah disolasi dari nyamuk yang kebal terhadap insektisida golongan piretroid. 

 

“Terjadinya mutasi protein yang terdapat pada kanal ion natrium (voltage-gated sodium channels), yang terdiri dari sekitar 2000 molekul asam amino pada nyamuk Aedes aegypti membuat nyamuk ini kebal terhadap insektisida. Gen yang menyandi protein ini bermutasi sehingga susunan sekuen asam aminonya berubah yang dikenal sebagai mutasi substitusi asam amino. Adanya mutasi dan subsitusi asam amino ini dapat mencegah molekul piretroid berinteraksi dengan kanal ion natrium (voltage-gated sodium channels) sehingga mengakibatkan nyamuk Aedes aegypti menjadi resisten terhadap insektisida golongan piretroid, ungkapnya.

 

Prof. Maksum menambahkan bahwa dalam penelitian yang telah dilakukan, para peneliti menemukan bahwa mutasi spesifik yang disebut L982W terkait dengan resistensi piretroid. Mutasi L982W ini terdeteksi di lebih dari 78 persen nyamuk Aedes aegypti yang diteliti. 

 

Teridentifikasinya mutasi L982W dimana asam amino leusin pada posisi 982 ini disubstitusi dengan asam amino triptofan, menyebabkan perubahan konformasi dari protein kanal ion Natrium yang menyebabkan molekul piretroid tidak dapat masuk dan berinteraksi, sehingga nyamuk Aedes aegypti kebal terhadap molekul insektisida golongan piretroid. 

 

“Yang lebih meresahkan lagi ternyata disamping mutasi L982W, juga ditemukan secara bersamaan adanya mutasi gen lainnya yaitu F1534C. Efek gabungan mutasi gen ini menghasilkan resistensi yang 1000 kali lipat lebih tinggi terhadap insektisida. Adanya persilangan mutasi genetik semacam ini dapat membawa dampak serius akibat terjadinya mutasi gen “super-resisten”, imbuhnya.

 

Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya resistensi nyamuk Aedes aegypti ini, menurut Prof. Maksum, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah: 

 

(1). Insektisida yang digunakan dalam penyemrotan nyamuk hendaknya menggunakan insektisida lain yang lebih efektif dari piretroid. Selain itu perlu dikembangkan jenis insektisida alternatif lainnya; (2). Penggunaan jenis insektisida harus diatur secara bergiliran dengan jenis insektisida lainnya agar tidak cepat menjadi resisten; (3). Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh beberapa negara, termasuk di Indonesia adalah membuat nyamuk Aedes aegypti yang membawa bakteri Wolbachia. Wolbachia adalah bakteri alami yang disuntikkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti. Fungsi bakteri Wolbachi adalah untuk menghambat replikasi virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti sehingga tidak dapat ditularkan kepada manusia. Wolbachia ini banyak ditemukan pada serangga tetapi tidak pada nyamuk Aedes aegypti. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: