Gading Wulan

Gading Wulan

Ilustrasi buah dan sayuran dijadikan tulisan.-Istimewa-disway.id

BACA JUGA:Tsinghua Lutfiya

Setelah kembali dari Rote, Wulan mengambil spesialis patologi. Juga di UB Malang. Di kota Arema itu pula Wulan  mendapat jodoh: dokter spesialis bedah jantung vaskuler.

Tapi bukan itu yang akan diceritakan hari ini. Itu tidak penting bagi pembaca yang suka durian. Tidak penting pula bagi yang suka makan Soto Banjar. Bakso Krian. Sate Tegal. Tengkleng Solo. Apalagi Nasi Kapau.

Wulan sendiri akhirnya menjalani hidup yang sebenarnya tidak dia inginkan: KetoFastosis. Yang awalnya begitu berat.

Semua itu demi kakak nomor 8. Yang hanya beda umur 1,5 tahun. Masih seperti sebaya. Seperti teman sepermainan. "Saya memang sayang sekali ke kakak nomor 8 itu," ujar Wulan.

BACA JUGA:Ancaman Gocapan

Sang kakak sakit. Kanker pita suara. Awalnya suara sang kakak hanya berubah. Serak. Kian serak. Lalu suara itu hilang sama sekali.

Wulan sedih.

Sang kakak sendirian. Tidak mau kawin. Tidak ada yang merawat. Maka Wulan ingin merawatnya. Apalagi dia juga seorang dokter.

Dalam perjalanan Wulan jadi dokter dulu, kakaknya yang menemani sang ibu. Pun ketika Wulan bertugas bertahun-tahun di wilayah nun jauh. Sampai sang kakak tidak kawin.

BACA JUGA:Untung Messi

"Kakak saya tidak mau kawin dengan alasan sayang ibu dan harus merawat ibu," ujar Wulan mengutip pengakuan sang kakak.

Begitu parah kanker pita suara  itu. Lalu muncul jaringan-jaringan tumor. Mengumpal sebesar bola pingpong. Sampai tidak bisa bernapas. Leher itu harus dilubangi. Agar bisa bernapas.

Berbagai obat sudah tidak mempan. Setelah dibiopsi jelaslah: itu kanker ganas. Harus dioperasi.

Sang kakak menolak operasi. Pun setelah dirayu dengan berbagai cara. Tapi ia mau kalau "hanya" dikemo.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Tiyo Bayu Nugro

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Nilai Nol

6 hari

Perang Bukan

1 minggu

Fokus Tiga

1 minggu

Zeni

1 minggu

Hari Raya

1 minggu