Bak Ikan dan Air: Mengenang Hari Bela Negara 2022

Bak Ikan dan Air: Mengenang Hari Bela Negara 2022

Mengenang Hari Bela Negara--(dok.Istimewa)

JAKARTA, FIN.CO.ID - Minggu, 19 Desember 1948, pasukan payung Belanda dari Brigade T, dibawah komando Kolonel Van Langen, menyerbu pangkalan udara Maguwo Yogyakarta. Pesawat P-51 Mustang AU Belanda “Cocor Merah” menembaki lokasi-lokasi strategis di pusat kota.

Dari arah Magelang, bergerak tank-tank Suart dan Bren Carrier, serta panser-panser jenis Ford Lynk, Humber dan Otter Body Car Belanda menerjang garis demarkasi Perjanjian Renville dan menyerbu Ibukota Perjuangan. Operatie Kraai, atau Operasi Gagak, dimulai.

Belanda telah mengkhianati perjanjian Renville 1948, mereka menangkap dan mengasingkan Presiden, Wakil Presiden dan Pimpinan Negara.

“Republik Indonesia sudah habis, yang tinggal hanya ekstrimis-ekstrimis”, sesumbar pihak Belanda.

Ternyata, ini hanya kemenangan Belanda sesaat. Panglima Besar Jenderal Soedirman telah mengantisipasi serbuan Pasukan Belanda ke Ibukota Perjuangan Yogyakarta ini.

Ia segera menerbitkan Perintah Siasat No.1/Th.1948, yang intinya menyatakan bahwa perang linier telah berakhir, sekarang dimulai perang gerilya.

Seluruh satuan TNI keluar dari Yogyakarta, pasukan Siliwangi Long March kembali Ke Jawa Barat. Begitu juga pasukan pasukan lainnya, keluar dari Ibukota Perjuangan dan membentuk wilayah kantong-kantong gerilya untuk mengobarkan perang gerilya semesta di seantero Nusantara.

Unit pasukan Akademi Militer Yogya (MA-Yogya), terdiri para perwira remaja dan kadet MA-Yogya, dipimpin Direktur MA-Yogya, Kolonel GPH Djatikoesoemo, segera bergerak keluarga kota dan mengambil posisi di wilayah Barat Laut Yogyakarta, membentuk wilayah perlawanan Sub-Wehrkreise 104/Wehrkreise III.

Wilayah perlawanan gerilya disekitar Yogyakarta dibagi menjadi 7 Sub-Wehrekeise, dibawah Komandan Wehrkreise III, Letkol Soeharto.

Gerilyawan MA-Yogya mengambil posisi markas di wilayah-wilayah: Desa Selomartani, Desa Bimomartani, Desa Kali Bulus, Dusun Plataran, Dusun Sambiroto, Dusun Ngrangsan, Dusun Kledokan dan Dusun Gatak, kesemuanya di wilayah Kecamatan Kalasan, hanya 7 Kilometer dari Candi Prambanan, Yogyakarta.

Para gerilyawan tinggal di rumah-rumah rakyat, dirawat oleh rakyat, diberi makan oleh rakyat dan markas mereka selalu berpindah pindah guna menghindari serangan pasukan Belanda.

Dari markasnya ini, para gerilyawan menyerang pasukan Belanda hingga wilayah Kaliurang di lereng Gunung Merapi, juga menyerang Pangkalan Udara Maguwo, masuk kota menyerbu markas Belanda di Jalan Gondokusuman, serta meledakkan jembatan-jembatan Bogem, Bendan dan Kali Wedi yang menghubungkan jalan raya Yogyakarta-Solo.

Dari dokumen pihak Belanda dan pihak Satuan Sub-Wehrkerise 104/WK-III, tercatat 16 kali pertempuran diantara kedua belah pihak pada kurun Desember 1948-Juni 1949.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: