Kisah Menyentuh Kepin di Posko LDP Cianjur

Kisah Menyentuh Kepin di Posko LDP Cianjur

Kisah Kepin di Posko LDP Cianjur--

CIANJUR, FIN.CO.ID - Senyum Kevin Arpa (8), biasa dipanggil Kepin, tampak mengembang.

Matanya terus menatap kegembiraan di posko pengungsian di Lapangan Cariu, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Cianjur.

Suasana riang di Posko Layanan Dukungan Psikososial (LDP) membuat hati Kepin ikut gembira, walau ia hanya duduk di pangkuan ibunya.

BACA JUGA:Mensos Risma Terjun Langsung Atur Penyaluran Logistik Korban Gempa Cianjur

Sejak usia 2 tahun perkembangan tidak seperti anak seusianya. Sejak usia 9 bulan, Kepin mengalami kejang.

"Dia seneng teh, ikut main sama teman-temannya di tenda sana (tenda LDP), saya pangku. Hampir setiap hari saya gendong ke sana, dia seneng walau cuma ngeliat temannya lari-larian," kata Wita Masita (30), ibu dari Kepin.

Sejak posko pengungsian bencana gempa bumi Cianjur di Lapangan Cariu berdiri pada 22 November 2022, Kementerian Sosial (Kemensos) mulai menyisir dan mendata para pengungsi, salah satunya kelompok penyandang disabilitas.

"Bu Menteri Sosial mengarahkan untuk merespon cepat semua kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Yang harus dilakukan adalah agar mereka terjaga kesehatannya dan terpenuhi kebutuhannya selama di pengungsian. Intinya jangan sampai mereka telantar," kata Iwa Jiwaningsih, Kepala Sentra Margo Laras Pati Kemensos.

BACA JUGA:Mensos Risma Aktifkan Taruna Siaga Bencana, Instruksikan Bantu Penanganan Korban Gempa Cianjur

Dalam penanganan penyandang disabilitas, dilakukan penyisiran ke tenda-tenda pengungsian dan pendataan.

Kemudian dilakukan asesmen komprehensif. Dari asesmen komprehensif tersebut didapat kebutuhan-kebutuhan penyandang disabilitas.

Ditemui di posko pengungsian, Wita Masita menceritakan bahwa Kepin sempat berhenti terapi sejak pandemi Covid-19 pada 2 tahun lalu.

Kartu BPJS-nya pun belum bisa digunakan kembali karena sempat berhenti membayar iuran. Pembayaran terhenti karena kondisi ekonomi keluarganya yang kian sulit.

BACA JUGA:Solusi Mensos Risma akan Penanganan Bencana di Tanah Air

Selain itu, Kepin harus kehilangan stroller-nya karena hancur tertimpa reruntuhan gempa bumi. Baginya, stroller itu bisa membantu mobilitas Kepin selama beraktivitas.

Asesmen komprehensif ini menjadi dasar tindak lanjut Kemensos dalam memberikan layanan sesuai kebutuhan penerima manfaat.

Kemensos berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk mendaftarkan ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Jika sudah terdaftar, maka penerima manfaat bisa diakseskan pada program pemerintah seperti PKH, BPNT, ATENSI, BPJS PBI dan lainnya.

Pemberian akses pada BPJS PBI ini sangat diperlukan Kepin saat ini agar bisa melanjutkan terapinya. P

asalnya Wita mengaku terapi yang telah dijalankan sejak Kepin berusia 2 tahun memberikan banyak perubahan pada Kepin.

"Saya sangat senang bisa dibantu Kemensos supaya BPJS-nya aktif lagi. Kepin bisa terapi lagi. Karena dengan terapi ini banyak perubahannya, Kepin bicaranya semakin lancar. Bahkan dia bisa baca huruf-huruf di Iqra," tuturnya dengan suara bergetar.

Kemensos juga tengah menyiapkan alat bantu sesuai dengan kebutuhan Kepin.

Selain memudahkan aktivitasnya selama di pengungsian, alat bantu ini akan mempermudah Wina saat membawa Kepin terapi.

Para pekerja sosial Kemensos juga memberikan edukasi kepada para orangtua yang memiliki anak dengan disabilitas agar rutin berkonsultasi ke layanan kesehatan di posko pengungsian.

Kemudian, Kemensos juga mengatur penempatan toilet portabel dekat dengan tenda yang dihuni oleh penyandang disabilitas dan lansia. Hal ini untuk memudahkan akses kelompok rentan.

Upaya penanganan penyandang disabilitas di kondisi bencana ini tidak hanya dilakukan di Kecamatan Cugenang, tetapi juga di 7 kecamatan lainnya yang terdampak gempa bumi seperti Cipanas, Pacet, Warung kondang, Gek Breng, Cianjur, Sukaluyu dan Karang Tengah.**

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: