Berikut Pidato Lengkap PM Israel Akui Kedaulatan Palestina hingga Benjamin Netanyahu Marah

Berikut Pidato Lengkap PM Israel Akui Kedaulatan Palestina hingga Benjamin Netanyahu Marah

Yair Lapid. By Olivier Fitoussi/Flash90--

Kami memilih menggunakan energi kami untuk membangun sebuah negara, membangun komunitas yang bahagia, optimis, dan kreatif.

Kami tak hanya sampai ke tanah yang dijanjikan, kami membangun tanah yang dijanjikan itu. 

Sejarah ditentukan oleh orang-orangnya. Kita harus belajar dari sejarah, mengerti tentang itu, dan menghargainya, tetapi juga bersedia dan mampu mengubahnya.

Untuk memilih masa depan ketimbang masa lalu, perdamaian dibandingkan perang, kerja sama dibandingkan pengasingan dan isolasi.

Beberapa bulan lalu, kami mengadakan pertemuan bersejarah Negev. Kami melangsungkan makan malam bersama, tak jauh dari makam David Ben-Gurion, bapak pendiri Israel. Ada enam dari kami, menteri luar negeri Amerika Serikat, menteri luar negeri Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Israel, dalam jamuan makan malam yang pada dua tahun lalu, setiap orang tak akan percaya itu dapat terjadi.

BACA JUGA:Pemerintah Israel Panik, Ancaman Iran Bunuh Orang Israel, Warganya Diminta Segera Pulang

BACA JUGA:Jaksa Agung Palestina: Shireen Abu Akleh Tewas Ditembak oleh Israel, Padahal Jelas-jelas Pakai Rompi Pers

Setelah itu, pintu terbuka, seseorang masuk dan mengatakan, "maaf saya mengganggu Anda, tetapi perang serangan teroris tak jauh dari Tel Aviv, dua warga Israel terbunuh."

Dengan cepat kami mengerti bahwa tujuan serangan itu adalah menghancurkan pertemuan. Untuk menimbulkan kemarahan di antara kami, untuk membuat kami berdebat, untuk memecah kemitraan di antara kami.

Dan saya mengatakan kepada para menteri luar negeri, "Kita harus mengecam serangan teroris ini sekarang, bersama-sama. Kita harus menunjukkan kepada dunia, teror itu tidak akan berhasil."

Suasana di ruangan itu menjadi diam, dan kemudian salah satu menteri luar negeri Arab mengatakan "Kita selalu melawan terorisme. Itu adalah alasan kita semua di sini."

Dan lima menit kemudian, kami mengeluarkan pernyataan bersama dari enam perwakilan kami, mengecam serangan itu, dan menguduskan kehidupan, kerja sama, dan kepercayaan kami bahwa ada cara lain.

Pertemuan itu berlanjut. Kesepakatan ditandatangani. Kelompok kerja dibentuk untuk membahas isu tentang teknologi, keamanan pangan, energi, air, edukasi, dan infrastruktur.

Kelompok kerja itu mengubah citra Timur Tengah bersamaan dengan kita berbicara saat ini.

Masyarakat di Timur Tengah, masyarakat di seluruh dunia harus melihat sekeliling dan bertanya kepada diri mereka sendiri, "siapa yang bertindak dengan lebih baik? Mereka yang memilih jalur damai, atau mereka yang menempuh jalur perang. Mereka yang memutuskan berinvestasi pada masyarakat dan negaranya atau mereka yang berinvestasi kepada kehancuran orang lain. Mereka yang percaya dengan edukasi, toleransi, dan teknologi, atau mereka yang percaya pada ancaman yang lebih besar dan kekerasan."

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: