China dan Taiwan Memanas, Pengamat Militer: Kalau Perang Lebih Besar dari Rusia-Ukraina

China dan Taiwan Memanas, Pengamat Militer: Kalau Perang Lebih Besar dari Rusia-Ukraina

Amerika Serikat dikabarkan akan kembali mengirim tambahan bantuan peralatan tempur senilai $425 juta (sekitar Rp 6,6 triliun) ke Ukraina -ilustrasi-Berbagai sumber

Tantangannya, kata dia, selama ini negara kawasan hanya terpaku pada kekuatan dan ancaman China. 

Padahal, memanasnya kawasan Taiwan menunjukkan adanya pergerakan AS dan NATO ke perairan kawasan.

"Koalisi (AS) sudah mengatur untuk ada di sini dan memicu konflik kalau diinginkan," kata peraih gelar doktor di bidang politik dari Universitas Indonesia ini.

(BACA JUGA:Keras, Korea Utara Kecam Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan: Capur Tangan yang Kurang Ajar!)

Apalagi, lanjut dia, berpeluang bergabungnya negara-negara lain dengan AS melalui pendekatan "human security". 

Selain isu sosial, ada isu lingkungan yang bisa dimunculkan dalam operasi militer selain perang (OMSP) atau "military operation other than war" (MOOTW) nantinya.

"Kalau Laut Cina Selatan (LCS) dianggap tidak aman, sengketa LCS akan dikelola secara geopolitik dengan pendekatan strategis melalui MOOTW yang lebih luas," kata dia.

"Termasuk di Indonesia. Misalnya ada kebakaran hutan di Indonesia, maka dengan MOOTW, maka tentara mereka bisa masuk (ke Indonesia). Mereka menganggap negara kita nggak bisa mengatasi isu lingkungan. Makanya, kami terus mengingatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengantisipasi kebakaran hutan," kata penasihat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini.

(BACA JUGA:Protes Kewajiban Berhijab, Wanita-Wanita Iran Keluar Rumah dan Bakar Jilbab)

Menurut dia, Indonesia sebagai negara besar harus mengambil peran mengantisipasi perang. Menggunakan doktrin pertahanan Presiden Soekarno, ada kebijakan pertahanan berorientasi ke dalam dan luar negeri.

Ke dalam untuk melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, sedangkan ke luar dengan melakukan gelar militer dan gelar operasi untuk mendukung kemerdekaan sebuah negara, seperti halnya yang dilakukan di Aljazair, Afghanistan, dan Pakistan.

"Ini yang membuat Indonesia saat itu dikenal sebagai negara militer terbesar di kawasan Indonesia Selatan. Itu bukti kesuksesan Presiden Soekarno untuk mewujudkan agar tak ada negara yang hegemoni," kata Connie.

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: