Kenaikan Harga BBM Dinilai Tepat, Pakar: Bisa Jadi Momentum Perbaikan Struktur Pemberian Subsidi

Kenaikan Harga BBM Dinilai Tepat, Pakar: Bisa Jadi Momentum Perbaikan Struktur Pemberian Subsidi

Petugas di SPBU mengisi BBM jenis Pertamax RON 92 ke motor pelanggan (dok. Pertamina)--

JAKARTA, FIN.CO.ID-  Pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Wisnu Wibowo mengatakan, langkah pemerintah menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki alokasi dan struktur pemberian subsidi kepada masyarakat.

Ia mengatakan, keputusan pemerintah menyesuaikan harga BBM saat ini sudah sangat tepat, pasal sejak awal tahun harga minyak mentah dunia terus merangkak naik. Bahkan pada bulan Maret sempat tembus lebih dari USD 100 per barel.

”Sekarang memang ada penurunan yaitu sekitar USD 85 per barel, tapi jangan lupa asumsi APBN kita untuk BBM hanya USD 63 per barel. Ini yang membuat sistem fiskal kita jebol. Jadi penyesuaian harga ini adalah alternatif yang bisa ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan APBN kita,” ujar Wisnu dalam keterangannya, Senin 12 September 2022.

(BACA JUGA:Demo Harga BBM, Polda Metro Jaya Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Istana)

(BACA JUGA:Soal Tarif Baru Angkot Pasca Harga BBM Naik, Kadishub Kota Depok Bilang Begini)

Wisnu menjelaskan sejak Maret pemerintah sebenarnya berkeinginan menaikkan harga BBM karena besarnya disparitas antara asumsi harga BBM di APBN dengan harga minyak dunia.

Tetapi pemerintah menilai saat itu waktunya belum tepat karena mendekati puasa dan Hari Raya Idul Fitri sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli masyarakat.

Sementara untuk saat ini, Wisnu berpendapat merupakan waktu tepat karena imbas inflasi dari puasa dan Lebaran sudah terkendali juga masih ada waktu dari momen hari besar lainnya yaitu Natal dan tahun baru.

Penyesuaian harga yang dilakukan sekarang ini menurutnya juga sebagai momen memperbaiki alokasi dan struktur pemberian subsidi kepada masyarakat.

Selama ini, masih banyak masyarakat di luar kelompok tersasar yang ikut menikmati subsidi BBM. Wisnu mencontohkan banyak kendaraan di atas 2000 CC yang mengonsumsi BBM subsidi jenis Pertalite sehingga kuota jebol karena konsumsinya berlebihan.

(BACA JUGA:Harga BBM Naik, Mendag Harga Kebutuhan Pokok Stabil)

(BACA JUGA:Simak! Pemkot Depok Resmi Rilis Tarif Baru Angkot Buntut Harga BBM Naik)

"Selain itu dengan berkurangnya disparitas harga antara Pertalite dan Pertamax diharapkan bisa membuat kelompok masyarakat yang lebih mampu untuk beralih menggunakan BBM yang tidak bersubsidi namun lebih ramah lingkungan," beber Wisnu.

Wisnu menambahkan dengan dimulainya uji coba pendaftaran kendaraan melalui website Pertamina dikatakan Wisnu merupakan peluang bagi pemerintah membangun data base terkait siapa yang layak menerima subsidi.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: