Delirium, Gejala Baru Covid-19

fin.co.id - 17/12/2020, 19:27 WIB

Delirium, Gejala Baru Covid-19

JAKARTA - Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah mada (RSA UGM) Fajar Maskuri menyebutkan penyakit delirium sebagai gejala baru Covid-19 yang diklaim banyak ditemukan pada pasien berusia lanjut.

Ia mengatakan, delirium merupakan gangguan sistem saraf pusat berupa gangguan kognitif dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan.

Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien Covid-19.

Ia menyampaikan terdapat sejumlah gejala deilirium.

Salah satunya adalah kebingungan pada pasien, disorientasi, bicara mengigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.

"Gejala-gejala itu munculnya fluktuatif dan biasanya berkembang cepat dalam beberapa jam atau beberapa hari," kata Fajar dalam keterangan tertulis, Kamis (17/12).

Adapun penyebab delirium pada pasien Covid-19 disebutkan Fajar karena banyak faktor.

Salah satunya kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia.

Berikutnya, adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), dan infeksi virus Covid-19 langsung ke saraf.

Lalu, mekanisme autoimun pasca infeksi dan endotelitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien namun dengan intensitas lebih jarang dibandingkan mekanisme yang lain.

Fajar menjelaskan bahwa gangguan neurologis dapat terjadi pada sekitar 42.2 persen pasien Covid-19.

Sementara manifestasi gangguan neurologis tersering pada pasien Covid-19 adalah nyeri otot (44.8 persen), nyeri kepala (37.7 persen), delirium (31.8 persen), serta dizziness (29,7 persen).

"Secara umum, delirium dialami pada 13-19 persen pasien Covid-19," kata dia.

Lebih lanjut, Fajar menjelaskan delirium ini rentan terjadi pada orang lanjut usia (lansia) atau di atas 65 tahun, terutama pada lansia yang lebih lemah.

Ia mengatakan terdapat beberapa kondisi lain yang menyerupai delirium Covid-19 pada lansia.

Admin
Penulis