Dalam beberapa jam, 39 tahanan Palestina dibebaskan oleh Israel, kata layanan penjara Israel pada Minggu pagi.
Komisi urusan tahanan Otoritas Palestina mengkonfirmasi bahwa bus Palang Merah yang membawa para tahanan telah meninggalkan penjara Ofer, di luar kota Ramallah, Tepi Barat, untuk membawa mereka ke Kota Al-Bireh.
Sebelumnya, upaya gencatan senjata hampir gagal. Hamas mengancam akan menunda pertukaran sandera-tahanan yang kedua. Alasannya bahwa Israel telah mengingkari sebagian dari perjanjian tersebut.
Kelompok bersenjata yang menguasai Gaza ini mengatakan Israel tidak mengizinkan bantuan yang cukup untuk mencapai Gaza utara dan belum membebaskan tahanan Palestina sesuai ketentuan yang disepakati.
Dalam jumpa pers di Lebanon pada Sabtu malam, seorang pejabat Hamas, Osama Hamdan, menuduh Israel bermain-main dengan nama tahanan yang akan dibebaskan, dan mengkritik tentara Israel karena diduga menembaki warga Gaza yang mencoba kembali ke rumah mereka di wilayah utara.
Namun Israel membantah telah melanggar ketentuan perjanjian dan mengisyaratkan gencatan senjata empat hari akan berakhir lebih awal jika Hamas tidak membebaskan kelompok sandera kedua.
Letkol Richard Hecht, juru bicara militer Israel, mengatakan, “Kami mendukung kerangka kerja kami.”
Kemudian, pada Sabtu malam, Hamas tiba-tiba mengumumkan melalui saluran Telegram resminya bahwa mereka akan melanjutkan pembebasan para sandera setelah Qatar dan Mesir menyetujui komitmen Israel “terhadap semua persyaratan yang dirinci dalam perjanjian.”
Gencatan senjata singkat tersebut – yang mulai berlaku pada hari Jumat pukul 7 pagi waktu setempat – merupakan jeda terpanjang dalam konflik 50 hari yang dimulai pada 7 Oktober.
Hamas setuju untuk membebaskan sedikitnya 50 perempuan dan anak-anak Israel secara bertahap.
Sementara Israel akan membebaskan 150 perempuan Palestina dan anak di bawah umur di penjara mereka. (*)