Catatan Dahlan Iskan . 23/04/2025, 05:09 WIB
Oleh: Dahlan Iskan
Dalam perjalanan ke Lasem, saya bicara dengan Novi Basuki. Akhir pekan lalu. Di dalam mobil BYD Denza pinjaman.
Kami sepakat: bikin acara kompetisi debat. Dalam bahasa Mandarin. Khusus untuk santri pondok pesantren. Tomy Gutomo, dirut Harian Disway pun setuju.
Peserta debat memang dibatasi: hanya boleh diikuti oleh para santri dari pondok pesantren. Kita akan lihat santri berdebat dalam bahasa mandarin. Unik. Menarik. Futuristik.
Kami pun mencari tema debat. Banyak usulan. Sebelum perjalanan sampai Tuban sudah kami sepakati. Temanya: Santri, AI, Dakwah –atau tema sejenis itu yang diusulkan perusuh.
Pelaksanaannya masih lama: bulan September 2025. Masih empat bulan lebih. Finalnya: 1 Oktober. Kami sengaja mengumumkannya lebih awal. Itu karena temanya berat. Mereka perlu buka banyak literatur. Bahkan perlu merenung panjang. Juga perlu mengembangkan imajinasi.
Soal literatur artificial intelligent para santri tahu ke mana mencari. Tapi bagaimana bentuk dakwah di era AI perlu imajinasi. Dan apakah AI bisa dipakai untuk dakwah masih perlu perenungan yang dalam.
Misalkan: avatar. Apakah lewat AI juru dakwah hebat-hebat waini akan meng-copy diri ke dalam bentuk avatar-avatar. Lalu avatar itu mendominasi jagat baru dakwah kita.
Apakah ketika era itu tiba, masih ''laku'' kah para juru dakwah level bawah. Akankah hanya juru dakwah terkemuka yang menjadi winner take it all. Seperti Google, TikTok yang menghabisi aplikasi sejenis.
Berimajinasi seperti itu sulit bagi para santri. Imajinasi santri dibatasi oleh doktrin. Tapi imajinasi sendiri tidak bisa dikekang. Ia liar seperti suket teki. Sulit dibasmi.
Di samping itu dunia dakwah itu sensitif. Itu menyangkut doktrin. Semua muslim wajib berdakwah: walau pengetahuannya hanya sangat minimal –satu ayat.
Pokoknya tema itu menarik. Apalagi bagi anak muda usia SMA. Masih ada waktu lebih empat bulan. Bisa banyak belajar. Bisa banyak merenung.
Juga masih bisa banyak diskusi. Saran saya tim yang akan ikut debat segera dibentuk. Satu tim tiga orang. Satu pondok pesantren bisa mengirim lebih dari satu tim. Mereka harus mendapat surat pengantar dari pimpinan pondok.
Tidak semua harus atas nama pondok pesantren. Atas nama lembaga apa pun boleh. Asal usianya setingkat Aliyah-SMA. Pun boleh tim itu independen. Misalnya satu santri dari pondok A, bersatu dalam tim dengan santri dari pondok B dan C.
Waktu cucu saya ikut kompetisi debat di Thailand, Korea dan Amerika, saya pikir tim tiga orangnyi dari satu sekolahnyi: SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. Ternyata hanya dia yang dari Muhammadiyah. Satu temannyi lagi dari Jakarta. Satunya dari Kenya, Afrika.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com