fin.co.id - Di tengah panasnya konflik di Timur Tengah, Ni Luh Suarnadi, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 44 tahun asal Bali, merasakan ketakutan yang begitu mencekam saat berada di Lebanon.
Sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Beirut, dia menyaksikan langsung bagaimana situasi di negara tersebut semakin berbahaya, hingga sempat mendengar suara ledakan ketika sedang bekerja.
“Saya sangat bersyukur sudah bisa pulang,” ungkapnya, terisak. Bagi Ni Luh, setiap detik di Beirut adalah pertaruhan nyawa.
Ketegangan akibat konflik antara Israel dan Iran telah membuat Lebanon menjadi medan ketidakpastian, tempat di mana keselamatan terasa begitu rapuh.
Baca Juga
- Banyak Hakim Terjerat Hukum, PERMAHI: Tingkat Kepercayaan Masyarakat pada Peradilan Makin Menurun
- PPATK Bilang Oknum Pegawai Komdigi Sempat Coba Rekayasa Nomor Rekening
Pada 27 September 2024, Ni Luh mendengar suara ledakan yang begitu menakutkan. Suasana di sekitar kota terasa kian tidak aman, memaksa Ni Luh meminta izin kepada bosnya untuk segera pulang.
Mendapat lampu hijau, dia pun akhirnya berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut untuk dievakuasi.
"Bos saya bilang, pulang saja dulu sama KBRI karena dia tidak bisa mengurus saya di bandara," katanya.
Keputusan itu bukanlah sesuatu yang mudah diambil. Rasa takut dan ketidakpastian terus membayangi langkah Ni Luh menuju perjalanan pulang. Namun, keselamatannya dan keluarganya di Indonesia menjadi prioritas.
Ni Luh tidak sendiri. Sebanyak 40 WNI, termasuk dirinya, berhasil dievakuasi melalui jalur darat yang panjang dan kompleks dari Beirut menuju Damaskus, Suriah, kemudian ke Amman, Yordania, sebelum akhirnya terbang menuju Jakarta.
Baca Juga
- Bisakah Anies Baswedan Tersangka Korupsi Susul Tom Lembong? Begini Kata Pengamat
- Ramai Kabar Anies Baswedan Jadi Tersangka Korupsi Formula E, KPK Bilang Begini
Meskipun perjalanan ini aman, itu bukan tanpa tantangan. “Perjalanannya sangat panjang dan melelahkan,” kata Ni Luh, mengingat rintangan fisik dan mental yang harus dihadapi sebelum sampai di Tanah Air.
Sementara Ni Luh dan 64 WNI lainnya sudah berhasil dievakuasi, masih ada 116 WNI yang tinggal di Lebanon. Mereka memilih bertahan karena alasan pribadi, seperti menikah dengan warga Lebanon atau sedang menempuh pendidikan.
Namun, Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, dengan penuh kepedulian, menghimbau agar mereka segera mempertimbangkan untuk kembali.
“Kami sangat berharap keputusan evakuasi bisa segera diambil sebelum situasi semakin memburuk,” pesannya, penuh harap.
Meski berhasil selamat, luka batin dan trauma yang dialami Ni Luh dan para WNI lainnya tetap membekas. Suara ledakan, perjalanan panjang, dan ketidakpastian menjadi saksi bisu dari perjuangan mereka yang hanya ingin selamat dan pulang ke tempat yang aman. (DSW/CAN)
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq