fin.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pekan ini, didorong faktor perlambatan pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga acuan Federal Reserve dua kali sepanjang 2024.
Praktisi pasar modal dan Dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Universitas Trisakti, Hans Kwee, mengatakan data pasar tenaga kerja AS menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja mulai melambat.
"The Fed dianggap mampu mengendalikan inflasi tanpa membawa perekonomian ke dalam resesi," kata Hans dalam keterangan hasil risetnya, dikutip Senin 8 Juli 2024.
Pelaku pasar memperkirakan the Fed melakukan dua kali pemotongan suku bunga pada September dan Desember. "Pekan ini pelaku pasar menantikan data Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Produsen AS," ujar Hans.
Sementara, kemenangan National Rally (RN) di pemilu Prancis ternyata di bawah ekspektasi, sehingga mendorong Indeks CAC Paris mulai kembali bergairah. Bank Sentral Eropa (ECB) berpotensi menahan suku bunga dan baru menurunkannya kembali pada September.
"Pelaku pasar memperkirakan 2 kali pemotongan suku bunga EBC lagi tahun ini," kata Hans.
Tekanan anggaran mungkin akan memaksa pemerintah negara-negara di Asia Tenggara untuk mengurangi subsidi bahan bakar. Harga minyak mulai turun seiring meningkatnya kemungkinan gencatan senjata di Gaza.
Baca Juga
Kesepakatan postur anggaran serta asumsi makro ekonomi Indonesia untuk 2025 menjadi salah satu sentimen positif pasar saham domestik.
" IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 7.196-6.968 dan resistance di 7.308-7.454," kata Hans.
Mengutip data aplikasi IPOT , dalam seminggu terakhir, IHSG bangkit dari posisi 6.967 menjadi 7.253, melambung 285 poin atau 4,1%. (*)