News

NU dan Jokowi Paling Menentukan Kemenangan Capres Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto

fin.co.id - 31/08/2023, 15:59 WIB

Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke pasar tradisional Grogolan Kota Pekalongan, Selasa (29/8/2023). Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi Menhan Prabowo Subianto dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

NU dan Jokowi - Pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Kuskridho Ambardi mengatakan, jika Nahdlatul Ulama (NU) dan Presiden Jokowi berpotensi untuk menentukan kemenangan calon presiden (capres) 2024.

Hal tersebut, menurut Kuskridho bisa dilihat dari berbagai lambaga survei yang menyatakan jarak keterpilihan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo berselisih tipis. 

Hal tersebut menurutnya masih masuk dalam batas galat (margin of error).

Kuskrido menilai, data dari lembaga survei kredibel menunjukkan bahwa jarak angka dari hasil survei Prabowo dan Ganjar masih dalam rentang margin of error. 

"Kalau dengan Mas Anies memang agak jauh jaraknya, jadi kita coba menganalisis yang jaraknya dekat dulu, antara Pak Ganjar dan Pak Prabowo,” katanya, Kamis 31 Agustus 2023.

Dengan hasil survei yang masih dalam rentang batas galat, kata dia, maka apabila survei Ganjar ditambah 2 persen dan Prabowo dikurangi 2 persen atau sebaliknya; diperlukan suara tambahan 5–7 persen bagi Prabowo maupun Ganjar untuk memenangkan Pilpres 2024.

BACA JUGA:

“Ketika 5 sampai 7 persen itu dibutuhkan, NU sebagai basis massa terbesar di Indonesia, saya kira sangat bisa,” ujar Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 2010–2019 itu.

Kuskridho menganalisis bahwa dukungan dari NU sangat diperlukan karena organisasi yang telah berusia 2 abad itu memiliki basis massa loyal tradisional yang bisa digerakkan oleh sebuah tim.

NU, imbuhnya, juga memiliki pengalaman menggerakkan massa dan banyak tokoh NU yang memiliki pengalaman elektoral.

Dia pun menjelaskan karena pengurus Pengurus Besar NU (PBNU) terikat khitah untuk tidak berpolitik praktis, mereka tidak bisa secara terang-terangan menggerakkan warga NU, sehingga legislatif suara nahdliyin tersebar di banyak partai politik di setiap pemilihan.

“Padahal di luar struktur, PBNU bisa membentuk tim bersifat ad hoc, misalnya, yang bisa menjadi semacam mesin komando yang merencanakan strategi untuk mengajak pulang kandang warganya dalam satu komando PBNU,” katanya.

Ia menambahkan, struktur formal di NU memang berbentuk semacam federasi yang memiliki pemimpin di masing-masing pesantren.

BACA JUGA:

Namun, tambahnya, dengan “mesin komando” yang dimiliki oleh PBNU ini, pondok-pondok pesantren maupun warga NU akan ikut dalam satu barisan dalam bergerak memenangkan calon yang didukung PBNU.

Admin
Penulis
-->