Catatan Dahlan Iskan

Suhu Besar

fin.co.id - 14/06/2023, 06:00 WIB

Suhu Besar menceritakan Palembang-lah asal Buddha yang menyebar ke mana-mana. Palembang di masa jaya Sriwijaya, adalah salah satu pusat peradaban dan kebudayaan Asia. Dan yang disebut Palembang masa itu belum tentu kota Palembang hari ini. Bisa jadi Palembang yang dimaksud adalah Muara Jambi –yang sungainya sampai ke Palembang sekarang.

Jadi kalau ada yang berpendapat pusat kerajaan Sriwijaya itu di Muara Jambi bisa jadi benar. Tapi yang mengatakan pusat Sriwijaya itu di Palembang juga betul. Hanya saja pengertian Palembang zaman itu berbeda dengan Palembang masa sekarang.

Buddha Mahayana banyak dipengaruhi peradaban Sriwijaya. Dari Palembang agama itu menyebar sampai ke Hui An, kota pelabuhan besar di dekat Quanzhou, Fujian. Leluhur bos Kapal Api, misalnya, dari daerah itu. 

Zaman itu Hui An merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Asia Timur. Hubungan Sriwijaya di Palembang dan Hui An di Quanzhou sangat penting. Di Hui An juga berkembang Islam. Sampai sekarang ada dua masjid besar di Quanzhou. 

Dari Quanzhou, ujar Suhu Besar, Buddha menyebar ke kota-kota sekitar. Ke seluruh Fujian. Lalu ke Taiwan. Ke Jepang.

Rasanya jurusan sejarah di berbagai universitas perlu mengundang Suhu Besar. Agar pendapatnya itu diuji di kampus akademis.

Suhu Besar menguasai bahasa Inggris, Mandarin, Hokkian, Haka, dan bahasa Sanskerta. Ia mendalami perkembangan agama Buddha sampai ke Amerika. Ke sumber yang masih menggunakan naskah Sanskerta. Ia pun ke perpustakaan di San Francisco: mencari dokumen sejarah dalam bahasa kuno. Hanya di perpustakaan itulah naskah tersebut didapat.

Kini Suhu Besar masih sering ke San Francisco. Ada beberapa vihara Mahayana di California. Juga ke Taiwan dan Fujian. 

Kamis lalu saya diantar sendiri oleh Suhu Besar: keliling Mahavira. Dua jam belum selesai. Entah sudah berapa ribu langkah. Juga naik-turun lewat lift. Ada 4 lift di berbagai sudut Mahavira.

Itu pun belum menjangkau semua ruang di Mahavira. Suhu Besar lupa memperlihatkan dapur. Telanjur sudah sampai bagian lain yang jauh. Dapurnya, kata Suhu Besar, 24 x 24 meter. Tanpa pilar. Lapang. Mahavira harus punya dapur sendiri. Agar terjaga ''kehalalannya'' versi Buddha Mahayana.

Salah satu ruang pertemuan di Mahavira ini bisa menampung 1.200 orang. Besar. Tanpa pilar. Betapa mahal konstruksi prestressed-nya. Ruang ini juga bisa untuk acara kawinan umat Buddha.

Lalu ada ruang kebaktian: 3 buah. Besar-besar. Lapang. Tanpa pilar. Tiga ruang sembahyang ini diisi banyak sekali patung. Besar-besar. Patung granit. 

Tak terhitung banyaknya patung di sini: besar-besar, tinggi-tinggi: masing-masing sekitar 2 ton beratnya. Termasuk 12 arca yang masing-masing menjadi penjaga shio: saya berhenti sejenak di depan arca penjaga shio Kelinci. 

Lalu ada satu patung yang tingginya 16 meter. Patung itu ditempatkan di menara setinggi 56 meter. Awalnya ada ide akan dibuat lebih tinggi lagi. Tapi itu dinilai kurang sopan: akan melebihi tingginya Borobudur. 

Dibatalkan. 

Admin
Penulis
-->