Ekonomi . 20/11/2022, 18:00 WIB

Impor Penggerus Pertumbuhan, Ekspor Pengerek Kemakmuran

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA, FIN.CO.ID - Indonesia baru saja menyelesaikan tugas presidensi G-20 di Bali. Perhelatan yang megah, sukses, aman, lancar. 

Kepala negara/pemerintahan yang hadir hepi, delegasi hepi, tamu undangan hepi, penyelenggara, pendukung acara, pelaksana, dan panitia pun lebih hepi.

Sebagai anggota negara-negara G-20, yaitu negara-negara dengan PDB di atas 1 triliun US$, Indonesia kini ada di peringkat ke-15 dengan PDB 1,05 triliun US$. 

Tahun 2045, ketika negeri ini berumur satu abad, peringkat Indonesia diprediksi ada di nomor 5 atau 6, dengan PDB lima atau enam kali lipat dari hari ini.

BACA JUGA: Negara Hadir, 75.890 Keluarga Kurang Mampu Dapat Bantuan Pasang Baru Listrik PLN Gratis

PDB (Produk Domestik Bruto) atau GDP (Gross Domestic Product) saat ini masih menjadi ukuran kekayaan sebuah bangsa. Amerika Serikat dan China, terus bersaing menjadi yang terbesar dengan kekayaan sudah menembus dua digit triliun US$. AS sebesar 20 trilun US$, China mendekati 15 triliun US$. 

PDB dapat dihitung dengan tiga cara yakni menghitung nilai produksi barang dan jasa suatu negara, menghitung belanjanya, atau menghitung pendapatan per kapitanya. 

Cara paling simpel dan lazim digunakan untuk menghitung PDB adalah dengan menjumlahkan konsumsi sektor privat (PC), investasi sektor privat (PI), investasi pemerintah (GI), belanja pemerintah (GS), nilai ekspor (X) dikurangi nilai impor (M). Formulanya menjadi: GDP/PDB= PC + PI + GI + GS + (X – M). 

BACA JUGA: UMKM Binaan PLN Kebanjiran Order saat Gelaran KTT G20

Dari formula itu, kita bisa simpulkan, setiap aktivitas impor mengurangi nilai PDB suatu negara. Artinya, pertumbuhan ekonomi negara yg lebih suka impor akan tergerus jika impornya terlalu berlebihan. 

Indonesia misalnya. Dengan PDB 16 ribu triliun rupiah, bila nilai impor Indonesia adalah sebesar 160 triliun rupiah, maka pertumbuhan ekonominya akan turun 1 persen. 

Berapa impor Indonesia tahun 2021 lalu? Tercatat sebesar 15,26 miliar US$ atau sekitar 250 triliun rupiah. 

BACA JUGA: PLN Operasikan SUTT 150 kV Lintasi Selat Sebuku di Kalsel dengan 86,7 Persen Material Dalam Negeri

Maka, jika kita membuat kondisi ekstrem di mana impor adalah nol rupiah, pertumbuhan ekonomi yang tercatat sebesar 5 persen bisa bertambah 1,5 persen menjadi 6,5 persen. 

Tapi kondisi itu mustahil terjadi. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi impor dan menggantinya dengan produksi dalam negeri. 

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com