Catatan Dahlan Iskan . 08/10/2022, 05:37 WIB

Satria Kanjuruhan

Penulis : Admin
Editor : Admin

Oleh: Dahlan Iskan

LAGU-lagu pilu. Puisi-puisi haru. Narasi-narasi dari hati yang sunyi. Datang silih berganti. Tragedi stadion Kanjuruhan menggerakkan siapa saja untuk berontak: mengapa terjadi.

Iwan Fals menyanyikan lagu duka  nyaris tanpa suara. Medsos penuh dengan maki, juga puluhan puisi. Begitu banyak puisi lahir dari tragedi ini. Pun dari seorang putri yang baru ke stadion satu kali:

Judul: Sepasang Sepatu di Beranda Rumah Ibu. 

Hampir setiap detik ibu membuka pintu, menyibak tirai jendela, mondar-mandir di beranda, berharap ada kabar baik dari tetangga.

Melihat dan meratap di sepasang sepatu sekolahmu, Berharap esok Senin masih kau kenakan seragam putih biru itu.

Tapi kau tidak pulang,

Tergeletak tak berdaya di gelanggang,

Ricuh yang berisik di televisi,

Ibu masih menanti suara piringmu meminta sarapan esok hari.

BACA JUGA: Penyesalan Panggung

BACA JUGA:Hidup Fanatisme

BACA JUGA: Harapan Kanjuruhan

Nak, napasmu terengah-engah bukan karena soal matematika,

Namun di tengah permainan yang biasanya kau habiskan di sore hari bersama teman sebaya.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com