JAKARTA, FIN.CO.ID- Libya mengalami guncangan ekonomi yang menyebabkan aksi unjuk rasa terjadi menuntut penggulingan rezim yang dilakukan sejak Jumat pekan lalu. Rakyat Libya marah dengan kenaikan harga pangan hingga pemadaman listrik kronis.
Sejumlah pemuda bertopeng membakar ban mobil dan memblokir sejumlah ruas jalan termasuk jalan raya pesisir utama antara Tripoli tengah dan pinggiran baratnya.
Video yang diunggah oleh media lokal menunjukkan demonstrasi di Beni Walid dan kota pelabuhan Misrata semakin anarkis.
Sebuah gerakan pemuda yang menamakan dirinya "Beltress" mengatakan protes lebih lanjut direncanakan di Lapangan Martir Tripoli pada pukul 16:00 waktu setempat (1400 GMT).
(BACA JUGA: Mahasiswa Tangerang Gelar Unjuk Rasa Minta Draf RKUHP Dibuka )
Gerakan tersebut menuntut pemilihan umum dan pembubaran pemerintah saingan negara itu dan dua majelis parlemen Libya.
Kemarahan publik ini dipicu oleh pemadaman listrik yang sering berlangsung selama 18 jam di tengah melonjaknya suhu musim panas, meskipun Libya memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika.
Pada Jumat malam, pengunjuk rasa menyerbu kursi Dewan Perwakilan Rakyat di kota timur Tobruk, mengobrak-abrik kantornya dan membakar sebagian gedung.
Di Tripoli dan kota utama Benghazi di timur, tempat lahir pemberontakan 2011, ribuan orang turun ke jalan meneriakkan "Kami ingin lampu menyala".
(BACA JUGA: Militer Libya Desak Pengungsi Darna Kembali ke Rumah Mereka)
Beberapa mengacungkan bendera hijau bekas rezim Kadhafi. 'Kleptokrasi dan korupsi'
Sementara itu para pendukung pemerintahan saingan mantan menteri dalam negeri Fathi Bashagha juga ikut melakukan unjuk rasa tandingan.
Mereka menutup beberapa fasilitas minyak sejak April lalu, sebagai pengaruh dalam perebutan kekuasaannya dengan Dbeibah.
Pakar Libya Jalel Harchaoui mengatakan kepada AFP bahwa "kleptokrasi dan korupsi sistematis" marak di Libya timur dan barat.
Namun bagi warga Libya normal, tahun itu "sangat menyakitkan" karena negara itu "mengimpor hampir semua makanannya dan perang Ukraina telah memukul harga konsumen", kata Harchaoui.
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq