Kenaikan Pertamax Dinilai Tidak Bisa Picu Inflasi

fin.co.id - 02/04/2022, 12:43 WIB

Kenaikan Pertamax Dinilai Tidak Bisa Picu Inflasi

Ilustrasi - Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengusulkan agar harga jual Pertamax dihitung ulang supaya Pertamina tak terkesan mensubsidi BBM mobil mewah.

JAKARTA, FIN.CO.ID-  Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menilai kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500/liter tidak akan menimbulkan inflasi, karena mayoritas pengguna Pertamax adalah perorangan bukan industri.

Dikatakannya, Pertamax berbeda dengan solar yang dipakai truk, lalu truknya untuk mengangkut pasokan barang ke masyarakat. Ketika harga solar naik maka harga barang akan mengikutinya.

Atau Pertalite yang dipakai angkutan umum, jika harganya naik, maka tarif transportasi juga naik.

(BACA JUGA: Pemuda Ini Apresiasi Pertamina Naikkan Harga Pertamax, Adhiya: Sebuah Keputusan Bijak)

"Pertamax tidak begitu. Kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan. Pembeli Pertamax hanya perseorangan kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak kemana-mana," ujarnya di Jakarta, seperti dilansir Antara Sabtu 2 April 2022.

Menurut Piter, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis BBM lain. Selain itu, konsumsi masyarakat untuk Pertamax mayoritas adalah konsumsi perseorangan dan bukan merupakan konsumsi industri.

(BACA JUGA: Harga Pertamax Naik Jadi Rp12.500 Per Liter, Tapi Katanya Pertamina Masih Rugi, Kok Bisa?)

Oleh karena itu, lanjut dia, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini.

"Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah," ujar Piter dalam keterangannya.

Selain itu, kenaikan Pertamax yang hanya menjadi Rp 12.500, juga meminimalisasi potensi peralihan (shifting) dari Pertamax ke Pertalite.

(BACA JUGA: Cek Disini, Daftar Harga BBM Non Subsidi Pertamax dan Pertalite Mulai 1 April 2022 di Seluruh Indonesia)

"Karena dengan harga segitu, mungkin masih ada shifting. Tapi mayoritas kelas menengah ke atas tidak akan beralih. Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka," katanya.

Pendapat senada disampaikan pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi yang mengapresiasi kebijakan Pertamina menaikkan harga jual Pertamax sudah tepat dan bijak.

Soal pilihan Pertamina yang 'hanya' menaikkan harga ke level Rp12.500 per liter sedangkan harga keekonomian sudah mencapai Rp16.000-an per liter, dikatakannya, juga menilai hal itu tidak menjadi masalah.

"Sudah bijak dan tepat. Itu kan hanya soal asumsi harga dunia yang dipakai dalam perhitungan saja. Saya tidak tahu Pertamina pakai asumsi harga berapa. Dan pastinya Pertamina tidak mungkin gegabah. Ketika mereka ketemu harga Rp12.500 per liter, itu sudah pasti dipertimbangkan dengan seksama," tutur Fahmy.

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->