JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tipis pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021). Rupiah melemah setelah munculnya pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang mengatakan bisa mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.346 per dolar AS. Posisi ini menunjukkan pelemahan 14 poin atau 0,10 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (30/11) di level Rp14.332 per dolar AS.
Senada, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.353 per dolar AS atau melemah dari Rp14.320 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah melemah karena pelaku pasar mencerna tanda-tanda dari Gubernur The Fed Jerome Powell bahwa bank sentral akan membahas penyelesaian pengurangan aset lebih cepat dari yang direncanakan.
"Powell mengatakan The Fed akan membahas apakah akan mengakhiri pengurangan aset beberapa bulan lebih awal dari yang dijadwalkan dalam pertemuannya di akhir bulan," kata Ibrahim dalam keterangan hasil risetnya sore ini.
BACA JUGA: BPS: Inflasi November 2021 Sebesar 0,37 Persen
Sebagaimana diketahui, Powell mengatakan bisa mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11/2021).
[caption id="" align="alignnone" width="1012"]
Trend pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (TradingView)[/caption]
The Fed mulai mulai melakukan tapering sebesar USD15 miliar setiap bulannya mulai November 2021. Dengan nilai QE sebesar USD120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun 2022.
Pasar masih kalem merespon tapering tersebut, tidak terjadi gejolak di pasar finansial seperti pada tahun 2013, yang disebut taper tantrum. Sebabnya, Powell sudah memberikan indikasi akan melakukan tapering sejak awal tahun ini, sehingga pasar lebih siap. Rupiah pun masih sempat menguat saat tapering dimulai bulan lalu.
BACA JUGA: 60 Persen Bank Sentral Dunia Bakal Gunakan Mata Uang Digital
Tetapi, percepatan tapering menjadi kejutan bagi pasar yang berisiko menimbulkan gejolak. Apalagi ketika tapering dipercepat, ada peluang The Fed juga menaikkan suku bunga lebih awal.
/p>
Faktor kedua penyebab melemahnya rupiah adalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan agar tidak memberlakukan larangan perjalanan menyeluruh, yang telah diterapkan oleh beberapa negara. Penelitian kemanjuran vaksin saat ini terhadap varian baru juga terus berlanjut.