JAKARTA - Kasus kecelakaan antarbus Transjakarta masih terus didalami aparat kepolisian. Termasuk dugaan sang sopir nahas yang mengalami serangan jantung.
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Wiyono mengatakan pihaknya mendalami penyebab kecelakaan dua bus Transjakarta di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur pada, Senin (25/10).
Dikatakannya, pendalaman termasuk dugaan serangan jantung yang dialami sopir bus berinisial J. Pendalaman ini dilakukan dengan melibatkan dokter.
"Informasi itu masih kami dalami. Nanti kita akan tanya misalkan memang ada riwayat sakit, minumnya apa, pake obat enggak. Nanti kita akan panggil dokter," katanya, Rabu (27/10).
Oleh sebab itu pihaknya, berencana meminta keterangan dari pihak keluarga. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan mendatangi tempat tinggal di Cianjur, Jawa Barat, atau dipanggil ke Polda Metro Jaya.
"Tapi sekarang masih suasana duka jadi belum bisa diambil keterangannya," ujarnya.
Dikatakannya, pihaknya terkendala mengetahui penyebab kecelakaan. Sebab, keluarga tidak mengizinkan autopsi jenazah J. Polisi hanya melakukan Visum et Repertum (VER). Hasil visum menunjukkan tidak ditemukan zat adiktif atau psikotropika.
"Jenazah kemarin malam sudah diambil pihak keluarga," katanya.
Sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan J, pengemudi Transjakarta yang juga menjadi korban tewas dalam kecelakaan ditetapkan sebagai tersangka.
"Soal Transjakarta kami cukup prihatin atas korban meninggal dua orang, yang luka-luka sudah ditangani, dan kebetulan pengendaranya jadi tersangka ya, mudah-mudahan ini menjadi pelajaran baik bagi kita untuk hati-hati," katanya, Selasa (26/10) malam.
Namun, kasusnya tidak akan berlanjut, karena tersangka meninggal dunia.
Dari kejadian ini, Riza meminta semua pihak mengambil pelajaran agar terus berhati-hati dalam berkendara, terlebih bagi yang berprofesi sopir bus Transjakarta yang disebutnya pekerjaan yang berat, sehingga potensi rasa kantuk sering timbul.
"Memang harus dipahami, jadi sopir bus Transjakarta itu berat. Kenapa? Karena dalam koridor yang sama, lurus. Jadi, kalau jadi sopir (dengan jalur) lurus, kiri-kanan ada pembatas, itu sangat membosankan, sangar menjenuhkan dan itu wajar lebih cepat ngantuk daripadai di jalan-jalan biasa," ujar Riza.
Sebelumnya, kecelakaan dua bus TransJakarta terjadi pada Senin pagi, 25 Oktober. Akibat kecelakaan itu 33 orang menjadi korban. Di mana, dua di antaranya meninggal dunia dan 31 orang mengalami luka ringan dan berat.
Sopir diduga mengantuk dan tidak sempat menginjak rem. Kemudian, menabrak bus TransJakarta yang tengah berhenti menurunkan penumpang di depannya.(gw)