Peningkatan Produksi Migas Jadi Upaya Indonesia Menghindari Krisis Energi

fin.co.id - 24/10/2021, 11:15 WIB

Peningkatan Produksi Migas Jadi Upaya Indonesia Menghindari Krisis Energi

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

JAKARTA - Isu krisis energi dunia masih ramai diperbincangkan, hal ini dikaitkan dengan harga komoditas energi yang saat ini tengah melejit. Mulai dari batu bara, minyak bumi hingga LNG, harganya saat ini mengalami kenaikan seiring dengan tingginya permintaan dan isu pembatasan produksi.

Sekretaris Eksekutif I Kementerian Koordinator Perekomian Raden Pardede mengatakan saat ini Industri migas masih menjadi komoditas utama menggerakkan yang perekonomian dunia, terutama mengatasi krisis energi global. Menurutnya, peningkatan produksi dan persiapan kapasitas cadangan nasional menjadi upaya untuk menghindari Indonesia ikut terseret krisis energi seperti di Eropa.

"Indonesia harus well-planned karena krisis energi yang terjadi bagian transisi yang kurang matang dilakukan dunia. Kita perlu belajar mumpung masih ada waktu dan belum terjadi krisis energi," kata Raden Pardede, dikutip Minggu (24/10/2021).

Dalam Strategi Raya Energi Nasional (GSEN), kata Raden Pardede, pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian nasional salah satunya meningkatkan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan akuisisi lapangan minyak di luar negeri untuk kebutuhan kilang.

Sepanjang 2019-2021, pencapaian nilai penggunaan produk dalam negeri (TKDN) terhadap biaya didominasi jasa dengan capaian sebesar 66 persen dan industri barang hanya 20 persen.

"Pemerintah terus meningkatkan kandungan TKDN di industri hulu migas dengan menerapkan sejumlah strategi, di antaranya pengadaan bersama, asset/inventory transfer, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri yang fit to purpose dan evaluasi rencana penggunaan barang impor," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi, memaparkan bahwa industri hulu migas terus berbenah dan meningkat TKDN.

Dia menegaskan produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk mancanegara secara kualitas.

Bahkan ada tambahan lain yang didapat dengan menggunakan produk dalam negeri, yaitu efisiensi yang terjadi pada kerja sama BBM dan pelumas sebesar Rp700 miliar per tahun.

"Contohnya pada 2020, uji coba dan substitusi produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar USD 300 ribu per sumur. Selain itu, kerja sama penerbangan tahun lalu berhasil membukukan efisiensi sebesar Rp25,9 miliar per tahun," pungkasnya. (git/fin)

 

Admin
Penulis