JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Agus Sartono memperkirakan, bahwa nilai realisasi impor pangan di Indonesia bisa meningkat dalam 20 tahun ke depan bila tidak ada transformasi di sektor pertanian.
/p>
Terlebih lagi, dari sisi regenerasi pekerja. Sebab, jumlah pekerjaan di sektor pertanian telah berkurang dari waktu ke waktu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pekerja di sektor pertanian sebanyak 29,76 juta orang pada Agustus 2020. Namun, jumlahnya telah turun menjadi 29,59 juta orang pada Februari 2021.
/p>
"Kita harus transformasi sektor pertanian karena kita akan kekurangan tenaga kerja di bidang pertanian pada saat penduduk kita mencapai 300 juta orang. Ini kalau tidak diantisipasi, maka dampaknya ketergantungan impor pangan akan semakin besar," kata Agus, Jumat (27/8/2021)
/p>
Menurut Agus, meningkatnya impor pangan pada 20 tahun kedepan, akibat dari berkurangnya minat masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian. Di sisi lain, berkurangnya jumlah pekerja di sektor pertanian sejatinya berbanding terbalik dengan jumlah pencari kerja di tanah air.
/p>
"Jumlah pencari kerja justru terus bertambah dari waktu ke waktu," ujarnya.
/p>
Berdasarkan data Kementeriannya, lulusan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah ada sebanyak 3,7 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 1,9 juta orang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
/p>
Sementara sisanya, sekitar 1,8 juta orang masuk ke pasar tenaga kerja. Hal ini terjadi karena keluarga mereka kurang mampu, sehingga anak harus segera bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
/p>
"Tapi pada saat yang sama, ada sekitar 1,56 juta orang lulusan perguruan tinggi. Jadi kalau ditotal ada 3,45 juta pencari kerja baru, belum lagi di Februari 2021 ada pengangguran 8,75 juta, semuanya cari kerja," pungkasnya. (der/fin)
/p>
